Kamis, 19 Januari 2012

Pemprov Jateng Kembangkan Desain Batik

Batik Muyas - SEMARANG, (TubasMedia.Com) – Pemprov Jateng pada tahun ini akan fokus pada pengembangan desain batik lokal guna meningkatkan daya saing dan mendongkrak ekpor komoditas tersebut.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng Ihwan Sudrajat mengatakan saat ini banyak bermunculan batik dari Madura, Cirebon dan sejumlah daerah lain dengan ciri khas tertentu.

Untuk itu, lanjutnya guna meningkatkan daya saing batik Jateng, masing-masing kabupaten /kota harus melakukan inovasi yang berkesinambungan dalam mengambangkan desain batik, khususnya dari sisi motif dan pewarnaan.

Menurut dia dibutuhkan apresiasi dari masing-masing daerah dengan ciri khasnya sendiri, sebagian besar corak batik berasal dari kultur lokal berupa tumbuh-tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut.

“Pengembangan desain akan menjadi orientasi utama di 2012 ini dalam upaya mendongkrak daya saing produk, menyusul bermunculannya batik-batik dari sejumlah daerah,” katanya, Kamis 12 Januari.

Setelah pengembangan desain, fokus pemerintah selanjutnya dalam mengembangkan batik ini yaitu program-program yang bertujuan meningkatkan nilai tambah. Ikhwan menuturkan progres-progres tersebut akan dilakukan secara bertahap, yang pada akhirnya akan lebih fokus pada peningkatan produksi.

Saat ini, di Jateng yang terkenal ada batik Solo, batik Pekalongan dan batik Lasem yang telah memiliki pasar di kancah internasional. Selain itu, terdapat juga batik Semarangan, dan Banjar yang kini terus dikembangkan untuk orientasi ekspor.

Potensi batik Jateng masih bisa dioptimalkan mengingat kontribusinya terhadap ekspor batik nasional masih sekitar 15%. “Kalau cacatan dari pusat, ekspor batik pada 2010 mencapai US$59 juta, sementara Jateng hanya sekitar US$17 juta. Potensi ini masih bisa dioptimalkan mengingat masing-masing daerah di provinsi ini memiliki motif batik,” tuturnya. (red)

Manjakan Turis Asing dengan Batik Tulis Berkualitas

Batik Muyas - MAKAN siang di penghujung tahun lalu dengan Presiden Direktur Philips Indonesia Robert Fletcher dan Philips Head of Communications Region Asia Pacific Arent Jan Hesselink memang meninggalkan kesan. Paling tidak buat buat saya dan beberapa rekan wartawan dari beberapa media terpilih. Apalagi, tatkala AJ, sapaan akrab Arent Jan Hesselink yang Wong Londo atau orang Belanda itu, berkomentar tentang motif kemeja batik yang dikenakan bosnya. "Motif batik itu apa ya?" begitu pertanyaan AJ yang pastinya tak berhasil mendapat jawaban pas dari kami.

Meski menangani wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, AJ lebih banyak tinggal di Singapura. Makanya, AJ mengaku belum memunyai pengetahuan mendalam soal batik.
Perlu adanya penjelasan soal motif batik tulis yang tertempel pada label yang disertakan di tiap lembar kain batik tulis. Menjadi lebih baik kalau penjelasan dibuat juga dalam Bahasa Inggris.

Hal sebaliknya, dialami Robert Fletcher. Ia sudah lima tahunan tinggal di Indonesia. "Saya memakai batik kalau ada pertemuan-pertemuan seperti ini," kata pria yang akrab dipanggil Rob tersebut.
Batik yang mendapat pengakuan sebagai warisan budaya tak benda dari UNESCO sejak 2009 silam adalah teknik pewarnaan kain menggunakan malam (semacam lilin) untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Khazanah internasional mengenal teknik ini sebagai wax resist dyeing.

Boleh dibilang, pengakuan UNESCO itu benar-benar membawa berkah. Catatan saat World Batik Summit 2011 di Jakarta Convention Center pada 28 September hingga 2 Oktober tahun lalu menunjukkan kalau penjualan batik terkait sektor pariwisata menembus angka Rp 1 triliun. Menteri Kebudayaan Pariwisata waktu itu, Jero Wacik, mengakui angka tersebut.

Namun, berangkat dari obrolan ringan di atas, banyak wisatawan asing alias turis bule masih belum banyak memiliki pengetahuan memadai soal batik. Dengan kata lain, acap, batik menjadi kawasan antah-berantah.

Paling simpel, bagai kebanyakan orang asing macam AJ, begitu beragam motif batik. Namun, mereka tak tahu, bahkan, nama, asal-usul, hingga orisinalitas pewarnaan.

Tak hanya itu, batik, bagi sementara kalangan turis mancanegara yang benar-benar awam, makin menjadi ruang teramat luas gara-gara kain bermotif batik atau yang lazim dikenal sebagai batik printing bermunculan di mana-mana. Dominasi industrialisasi, baik lokal maupun asing, membuat batik justru mendapat pesaing dari dunia pertekstilan. "Batik printing bukan batik," tegas pelaku usaha Batik Handayani asal Desa Beluk, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, T.S. Goenarto.

Cerita

Beragamnya motif batik memang berangkat dari kekayaan lokal. Biasanya, kekayaan berikut keanekaragaman yang dekat dengan para pembatik itu sendiri. Menurut Goenarto, beberapa motif batik tulis seperti Ganggang Kukup, Iwak Rowo, Teratai Jombor, Kipas Pandanaran, dan Jagad Mbogem, berasal dari lokasi pariwisata di kawasan Kecamatan Bayat.

Motif Iwak Rowo dan Teratai Jombor asal-muasalnya dari ikan dan teratai yang berada di Rawa Jombor. Rawa tersebut menjadi lokasi pariwisata setempat.

Hal sama juga terdapat pada motif Kipas Pandanaran. Pembatik melukiskan kebiasaan pedagang kipas yang menjajakan barang dagangannya di kompleks makam Ki Ageng Pandanaran, masih di Kecamatan Bayat.

Bayangkan, andai wisatawan mancanegara yang berniat membeli kain batik tersebut tidak memperoleh informasi memadai soal motif pada kain tersebut! Yang terjadi adalah kondisi bak membeli kucing dalam karung. Meski, kualitas kain dan pewarnaan batik tulis bersangkutan termasuk bagus.

Maka dari itulah, kebutuhan akan pentingnya sepotong informasi soal motif tersebut lama-kelamaan makin mendesak. "Turis asing memang suka bertanya soal kisah motif batik yang akan mereka beli," kata Direktur Rumah Batik dan Kerajinan Indonesia Pendopo Meutia Kumala dalam kesempatan wawancara beberapa waktu lalu.

Meutia, lebih lanjut, menyambut baik adanya sebentuk penjelasan yang tertempel pada label yang disertakan di tiap lembar kain batik tulis. Dengan cara itu, ada cerita yang bisa memberikan penjelasan kepada turis mencanegara, khususnya. Menjadi lebih baik kalau penjelasan dibuat juga dalam Bahasa Inggris. Sehingga, kolaborasi antara motif batik dengan cerita soal motif batik akan klop rasanya dengan pemeo "makin kenal makin makin sayang".

Selanjutnya, dalam pengamatan Meutia, turis asing juga memerlukan semacam jaminan soal orisinalitas pewarnaan batik. Menurutnya, bahkan sampai kini, tak cuma orang asing yang acap terkecoh pada tampilan warna batik. Pewarnaan batik dengan bahan alami seperti kulit mahoni, rempah-rempah, kulit buah manggis, dan lain sebagainya justru terlihat kusam dan tak bercahaya.

Sebaliknya, pewarnaan batik dengan bahan kimia menampilkan warna yang cenderung tampak cerah. "Masih banyak yang menganggap kalau yang tampilannya kusam justru tidak asli," kata Marketing Director Omnimedia Citraglobal Yenny N Petrus yang berkecimpung dalam bisnis suvenir, termasuk batik.
Untuk soal orisinalitas, batik dengan pewarnaan alami juga mesti lengkap dengan label jaminan. "Dengan begitu, tak hanya pembeli lokal, turis asing pun bisa mendapatkan kepastian mendapatkan barang yang asli dan berkualitas," demikian Yenny N Petrus.  

Sumber : http://travel.kompas.com/read/2012/01/16/15433414/Manjakan.Turis.Asing.dengan.Batik.Tulis.Berkualitas

2012, Mari ke Solo!

Batik Muyas - Pemerintah kota Surakarta akan mempromosikan kota Solo melalui pendekatan promotional event dengan menggelar sekitar 47 acara tahun ini. Jumlahnya meningkat dibandingkan tahun lalu, yang jumlahnya sebanyak 32 acara. Mulai pertengahan Januari hingga 31 Desember event-event tersebut digelar. Salah satu yang sudah dilangsungkan adalah Grebeg Sudiro di Kawasan Pasar Gede, Minggu (15/1).

Bulan Juni-Oktober 2012 menjadi waktu tersibuk dalam pagelaran event. Sebagai panduan bagi masyarakat akan disebarkan Calendar of Cultural Event Solo 2012. Aryo Widyandoko selaku Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Kota Surkarta mengatakan bahwa untuk penyusunan kalender event pihaknya bekerja sama dengan Konsultan Komunikasi dan Kebijakan Publik, Anggit Noegroho.

Seperti tahun sebelumnya akan dilangsungkan pula even bertaraf internaisonal, seperti Solo Internasional Ethnic Music (SIEM), Solo Internasional Performing Art (SIPA), dan Solo Batik Carnival (SBC). Sedangkan penyelenggaraan konferensi internasional, di antaranya Asia Pacific Historian Conference (Mei 2010), Federation for Asian Cultural Promotion Conference (September), dan Solo Investation Tourism Trade Expo (SITTEX) (Oktober 2012).

Serangkaian event yang dijadwalkan antara lain International Tea Festival, Solo Keroncong Festival, KREASSO (Kreatif Anak Sekolah Solo), Gunungan Charity Boat Race, Solo Batik Fashion, Festival Kethoprak, Solo Carnival, Pesona Balakembang, Solo Menari, Kemah Budaya, Solo Kampong Art, Festival Dolanan Bocah, dan Javanese Theatrical (Bakdan ing Balekambang).

Akan disajikan pula Tradisi keraton dalam event budaya, yakni Sekaten, Grebeg Mulud, Mahesa Lawung, Mangkunegaran Performing Art, Keraton Art Festival, Tingalan Jumenengan Dalem ke-7 ISKS XIII, Malem Selikuran, Grebeg Poso, Grebeg Pangan, Grebeg Besar, Kirab Malam 1 Sura dan Wiyosan Jumenengan SP KGPAA Mangkoe Nagoro IX.

Semua masyarakat berkesempatan menikmati semua pelaksanaan event. Meski sebagian besar perolehan dana untuk event didapat dari pihak sponsor, pemerintah kota Surakarta juga ikut membantu proses pembiayaan. (MED/Ezz)

Sumber : http://www.rileks.com/details/1331/2012-mari-ke-solo-

Pemprov Jateng Kembangkan Desain Batik

SEMARANG, (Batik Muyas) Pemprov Jateng pada tahun ini akan fokus pada pengembangan desain batik lokal guna meningkatkan daya saing dan mendongkrak ekpor komoditas tersebut.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng Ihwan Sudrajat mengatakan saat ini banyak bermunculan batik dari Madura, Cirebon dan sejumlah daerah lain dengan ciri khas tertentu.

Untuk itu, lanjutnya guna meningkatkan daya saing batik Jateng, masing-masing kabupaten /kota harus melakukan inovasi yang berkesinambungan dalam mengambangkan desain batik, khususnya dari sisi motif dan pewarnaan.

Menurut dia dibutuhkan apresiasi dari masing-masing daerah dengan ciri khasnya sendiri, sebagian besar corak batik berasal dari kultur lokal berupa tumbuh-tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut.

�Pengembangan desain akan menjadi orientasi utama di 2012 ini dalam upaya mendongkrak daya saing produk, menyusul bermunculannya batik-batik dari sejumlah daerah,� katanya, Kamis 12 Januari.

Setelah pengembangan desain, fokus pemerintah selanjutnya dalam mengambangkan batik ini yaitu program-program yang bertujuan meningkatkan nilai tambah. Ikhwan menuturkan progres-progres tersebut akan dilakukan secara bertahap, yang pada akhirnya akan lebih fokus pada peningkatan produksi.

Saat ini, di Jateng yang terkenal ada batik Solo, Pekalongan dan Lasem yang telah memiliki pasar di kancah internasional. Selain itu, terdapat juga batik Semarangan, dan Banjar yang kini terus dikembangkan untuk orientasi ekspor.

Potensi batik Jateng masih bisa dioptimalkan mengingat kontribusinya terhadap ekspor batik nasional masih sekitar 15%. �Kalau cacatan dari pusat, ekspor batik pada 2010 mencapai US$59 juta, sementara Jateng hanya sekitar US$17 juta. Potensi ini masih bisa dioptimalkan mengingat masing-masing daerah di provinsi ini memiliki motif batik,� tuturnya. (red)

Sumber : http://www.tubasmedia.com/berita/pemprov-jateng-kembangkan-desain-batik/

Berlenggok Pakai Batik, Atalarik & Fedi Nuril Bikin Heboh

Batik Muyas - PARAS tampan dipadu dengan bodi kekar yang dimiliki Atalarik Syah, Fedi Nuril dan Mario Kahitna membuat kehebohan saat show Alleira digelar. Seperti apa histerianya?

Mewakili representasi pria urban, ketiga pria tampan tersebut turut meramaikan launching lini batik pria dari Allure. Pada kesempatan itu, ketiganya membawakan kemeja batik trendi yang kental dengan nuansa urban.

Dalam lima sekuel yang mereka lewatkan, ketiganya yang juga ditemani para model pria lainnya membawakan busana batik dengan model yang sangat variatif. Mulai dari kemeja berlengan panjang hingga pendek, berkerah shanghai hingga berkerah biasa, dan dari berpadu dengan bawahan jins hingga kain lilit yang dipakai sedengkul. Sebuah suguhan yang manis dan inspiratif bagi pria dalam berbusana batik.

Tak heran dengan pesona tersebut yang ditampilkannya dalam launching Alleira's Slim Fit Men Shirt di butiknya di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (19/1/2012), membuat para tamu undangan yang didominasi wanita tersebut histeris.

Sejak awal show dimulai, acapkali ketiga pria ganteng tersebut melintas di red carpet yang juga menjadi catwalk tersebut, para wanita yang memenuhi butik itu jejeritan sambil menggerakkan tangan menjepretkan kamera ke arah wajah para pesohor.

Ya, launching itu memang ramai dihadiri para tokoh ternama. Selain ketiga artis yang turut berlenggak lenggok di catwalk, ada para istri duta besar dari negara-negara sahabat, Mien Uno, Annisa Pohan, serta para pelanggan setia Alleira.
(tty)

Sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2012/01/19/29/559936/berlenggok-pakai-batik-atalarik-fedi-nuril-bikin-heboh

Batik perpaduan oriental sambut Imlek

Semarang (Batik Muyas) - Rumah Batik Danar Hadi Semarang meluncurkan 30 koleksi batik terbarunya dengan sentuhan oriental dalam motif desain, Selasa, untuk menyambut perayaan Imlek 2563.

Pada pergelaran busana batik bertema "Oriental Expressions" itu, koleksi yang ditampilkan menyuguhkan dominasi warna merah, kuning, maupun emas yang identik dengan pengaruh budaya China.

Pengaruh China semakin kuat dengan tampilan motif naga dan singa dipadu dengan pola-pola asimetris, meski nuansa tradisional tidak lantas ditinggalkan, seperti motif jumputan dan lereng.

Menurut Pimpinan Cabang Batik Danar Hadi Semarang Mira Fastiany di sela pergelaran itu, koleksi terbaru yang diluncurkan itu memang menyasar konsumen warga keturunan Tionghoa yang merayakan Imlek.

"Selama ini, ada juga kalangan warga keturunan Tionghoa yang gemar mengenakan batik. Kami akomodasi dengan koleksi batik terbaru dengan paduan oriental, apalagi sebentar lagi perayaan Imlek," katanya.

Ia menjelaskan, pemberian warna-warna segar, seperti merah, kuning, dan emas yang mendominasi juga membuat kesan lebih segar, di samping warna-warna mencolok itu memang kental dengan budaya China.

Bentuk kerah seperti pada Cheongsam, busana khas masyarakat Tionghoa tidak ditelan mentah-mentah dalam desain, kata dia, namun diberi sentuhan lain di bagian leher, dengan sedikit terbuka dan dihiasi payet.

Penampilan 30 koleksi terbaru Rumah Barik Danar Hadi pada pergelaran batik itu, terbagi dalam lima "sequen" (urutan), seperti karya in house designer yang menampilkan kebaya encim dan selendang sutra.

Bahan sutra dari alat tenun bukan mesin (ATBM) karya in house designer itu membuka pergelaran, disusul koleksi busana blus yang juga berbahan sutra dan didesain untuk dikenakan dalam acara formal.

Perancang Hutama Adhi juga digandeng untuk mengkreasikan ide memadukan nuansa oriental dengan tradisionalitas dalam koleksi terbaru itu, dan perancang kenamaan Indonesia itu menampilkan enam koleksi.

Mira menambahkan, terobosan yang dilakukan Rumah Batik Danar Hadi itu tetap sejalan dengan visinya untuk terus konsisten dalam memproduksi batik siap pakai, namun tetap mempertahankan nilai dan filosofi batik.

Pergelaran busana batik itu juga diisi dengan talkshow bertema "Fengshui In The Year of The Dragon" yang menampilkan master fengshui Linda Kho.

(U.KR-ZLS/N002)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT � 2012

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/293212/batik-perpaduan-oriental-sambut-imlek

Berjiwa Muda dengan Batik

Dwi Indah Nurcahyani - Batik Muyas

BATIK membuat tampilan pria tak sekadar tampan, tapi juga berjiwa muda. Tak heran, kaum urban di ibu kota pun semakin tergelitik mengenakan batik.

Batik memang tak pernah sepi penggemar. Meski tahun terus berganti, namun peminat batik tetap setia. Tak hanya dari kalangan wanita semata, tapi juga kaum muda yang masih bergejolak.

Bagi kaum muda, kebutuhan batik lebih bersifat kasual dan trendi. Maklumlah, usia yang masih muda serta tuntutan kehidupan mentropolitan membuat batik dengan jiwa muda sangat dibutuhkan.

Kebutuhan itu pun kemudian ditangkap Alleira dengan menyuguhkan busana dengan label Alleira's Slim Fit Men Shirt bagi para kaum urban yang masih berjiwa muda.

"Awalnya banyak yang meng-order busana batik untuk pria muda dan kosmopolitan. Mereka tidak ingin model yang gombrong, tapi slim fit," tutur Zakaria Hamzah selaku Operational Director Alleira kepada okezone di acara launching Alleira's Slim Fit Men Shirt di butik Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (18/1).

Dari sana terciptalah busana-busana batik trendi yang memang ditujukan bagi para pria urban tersebut.

Pada koleksinya kali ini, Alleira memersembahkan busana batik slim fit untuk pria dengan kolaborasi warna, motif, dan kesan sporty, casual, serta elegan khas pria urban masa kini. Warna-warna menawan seperti warna laut, senja, warna tanah, warna pepohonan hingga nuansa pegunungan yang banyak ditemukan di alam terlukis dengan indah dalam kemeja-kemeja yang disuguhkan.

Menariknya, Alleira memberikan kesempatan bagi para pria urban untuk tampil gaya dan berjiwa muda lewat batik-batik tersebut. Hal itu tergambar dengan tawaran berbusana yang dapat dipadukan dengan celana jins pendek ataupun panjang plus sepatu kasual.
(tty)

Sumber : lifestyle.okezone.com/read/2012/01/18/29/559319/berjiwa-muda-dengan-batik

Pusat Batik Internasional Akan Berdiri di Pekalongan

Batik Muyas - TEMPO.CO, Surakarta - Sebuah pusat batik internasional akan dibuka di Pekalongan, Jawa Tengah, pada awal Februari 2012 ini. Menurut Robertus Antonius, konsultan PT. Grahamandiri Managemen (pengelola pusat batik internasional), pusat batik ini didirikan sebagai wadah berbagai batik dari seluruh Indonesia.

"Kami merancangnya seperti Taman Mini (Indonesia Indah). Orang tidak perlu berkeliling Indonesia untuk tahu ragam motif batik dari berbagai daerah," jelasnya di sela road show di Surakarta, Rabu, 18 Januari 2012.

Pusat batik didirikan di Pekalongan mengingat Pekalongan sebagai salah satu kota tertua basis pembuatan batik. Lahan seluas 4 hektare dibangun menjadi 700 ruang duta atau kios penjualan batik, museum batik, tempat peragaan busana batik, pelatihan membatik, dan ruang serbaguna untuk seminar-seminar seputar batik.

Robert mengatakan saat ini baru 1,5 hektare lahan yang selesai dibangun dengan 184 ruang duta. Seluruh ruang duta masih diprioritaskan untuk pembatik dan pengusaha batik asal Pekalongan.
"Saat ini baru pembangunan tahap kedua. Nantinya ada zonasi berdasarkan asal daerah, seperti Cirebon, Solo, dan Yogyakarta," katanya.

Dia mengundang pengusaha batik dari berbagai daerah untuk bergabung dengan nilai investasi antara Rp 180-230 juta untuk satu ruang duta. "Investasi dijamin menguntungkan karena nantinya jadi hak milik," lanjutnya.

Untuk memperkenalkan pusat batik, pihaknya mengadakan road show ke berbagai daerah seperti Cirebon dan Solo. Meskipun berencana mengumpulkan batik seluruh Indonesia dalam satu lokasi, dia mengatakan tidak ada kuota khusus bagi perwakilan daerah tertentu. Dengan demikian, tergantung inisiatif pengusaha batik untuk memamerkan produknya di pusat batik.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia Solo, Eko Suprihono mendukung pendirian pusat batik di atas. Menurutnya, batik sudah menjadi ikon kerajinan dari Indonesia. Apalagi sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dari Indonesia oleh UNESCO.

"Saya kira sebuah ide yang bagus, mengumpulkan batik dari berbagai daerah di Indonesia," jelasnya. Dengan demikian, masyarakat bisa mengetahui bahwa batik tidak hanya dari Solo, Yogyakarta, atau Pekalongan. "Apalagi bila ada museum dan pelatihan membatik bagi pengunjung," tambahnya.

UKKY PRIMARTANTYO

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/01/18/177378132/Pusat-Batik-Internasional-Akan-Berdiri-di-Pekalongan

BATIK PEWARNA ALAM: Eksotis dan Ramah Lingkungan

Kerusakan lingkungan yang kian parah ikut membangkitkan kesadaran untuk membuat produk ramah lingkungan. Salah satunya batik dengan pewarna alam. Warna alam yang lembut pada batik memancarkan pesona eksotis, ramah lingkungan dan memberi kesan ketimuran.

Dengan latar belakang itulah, Surosso menggarap batik warna alam di kawasan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta sejak 2005 lalu. Mode cutting asimetris dan desain pecah pola pun dilakukan oleh Suroso alias Rosso dengan Batik Warna Alam Rosso miliknya.

Produsen batik yang menggunakan bahan baku dari kulit kayu, daging kayu dan daun-daunan untuk dasar pewarnaan batiknya ini membuat busana siap pakai dengan teknik jumputan maupun batik cap. Hasilnya warna-warna natural seperti cokelat, kuning, pink pucat, hijau muda, abu-abu dan ungu tampil lebih elegan dengan sentuhan batik cap atau teknik pewarnaan alami.

"Agar warna tak mudah luntur, kami mengunci warna dengan tawas dan kapur," kata Suroso, yang juga merancang busana ready to wear. Untuk memberi aksen pada busana batik warna alam, Rosso memberi aksen lurik dari Pedan, Klaten. Dia juga memberikan detail origami, obi, aplikasi payet dan detail bervolume pada lengan maupun krah. Hasil rancangannya pun terlihat diperagakan pada acara Jogja Fashion Tendance dan Jakarta Fashion Week November 2011 lalu. "Untuk memberi nilai lebih pada batik warna alam, dia membuat desain baju dengan cutting yang unik dan aplikasi yang serasi," lanjut Rosso.

Hal tersebut juga dilakukan oleh Batik Mahkota Laweyan yang berlokasi di kawasan Kampung Batik Laweyan Solo. Namun gerai ini masih fokus memproduksi kain batik warna alam dan belum bermain di desain bajunya. "Kami menggunakan warna alam dari gambir, kayu tingi, indigo, serbuk tegeran dan kayu secang," kata Alpha Febella Priyatmono, sang pemilik.

Untuk menampilkan warna yang lebih cerah, sambungnya, dia membuat variasi warna dari bahan alam dan membubuhkan sedikit pewarna kimia pada motif. "Namun ada juga yang murni menggunakan warna alam, seperti batik warna alam dari kayu tingi, gambir dan indigo." Untuk motif, Batik Mahkota Laweyan mempertahankan motif klasik dan sebagian motif kontemporer.

Diakui Alpha, dia baru satu tahun merintis produksi batik warna alam, namun dia siap memberikan workshop dan wisata batik warna alam di Kampung Batik Laweyan pada tahun ini. "Saat ini sudah ada lima titik di Kampung Batik Laweyan yang mengerjakan batik warna alam, di antaranya Batik Pulau Jawa, Batik Lor Ing Pasar, Batik Catleya, Batik Aryu dan Batik Mahkota," jelas Alpha yang juga Koordinator Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan itu.

JIBI/SOLOPOS/Eri Maryana

Sumber : http://www.solopos.com/2012/lifestyle/belanja/batik-pewarna-alam-eksotis-dan-ramah-lingkungan-156965

Selasa, 17 Januari 2012

Batik Mega Mendung di London Fashion Week

Batik Muyas - VIVAnews, Batik Mega Mendung! Mungkin itu yang spontan terlintas saat menyaksikan corak menyerupai awan berarak-arak di langit, yang melekat pada penampilan sejumlah model di London Fashion Week kali ini.
Mega Mendung - London Fashion Week
Corak batik khas Cirebon itu mewujud melalui kreasi Julien Macdonald yang memainkan gradasi warna biru di atas lembar kain putih. Menguatkan karakter yang ia bangun lewat serangkaian koleksi spring summer 2012: halter dress, setelan tuxedo jackets, waistcoat dresses, dan topi ala militer.
Julien tidak menyebut corak tersebut sebagai Mega Mendung. Ia hanya mengatakan bahwa kreasinya terinspirasi dari desain tato cetak Asia, yang ia sebut sebagai tato naga. “Aku ingin mengajak orang-orang yang menikmati karya saya sedikit berkelana ke Asia,” katanya, seperti dikutip dari vogue.com.
Pikiran Julian tampaknya melayang ke China saat menyebut sentuhan Asia pada karyanya. Mungkin ada benarnya. Menilik sejarah batik Mega Mendung memang selalu mengarah pada kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon di masa lalu. Menurut filosofi China, awan melambangkan dunia atas yang merupakan gambaran dunia luas, bebas, dan transidental.
Tak hanya memikat Julien. Corak Mega Mendung juga pernah dijadikan cover sebuah buku batik terbitan luar negeri berjudul ‘Batik Design‘, karya seorang berkebangsaan Belanda bernama Pepin van Roojen. (adi)

Senin, 16 Januari 2012

Mahasiswa Undip Promosikan Batik di ‘Sidang PBB’

Batik Muyas - REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – Universitas Diponegoro (Undip) Semarang akan mengirim delegasi ke ajang Harvard National Model United Nation (HNMUN) pada 13 Februari 2012 mendatang di Amerika Serikat. Ajang tersebut merupakan program untuk memperkenalkan kepada mahasiswa dari sejumlah negara mengenai mekanisme persidangan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Delegasi Indonesia akan memanfaatkan ajang tersebut untuk mempromosikan Batik sebagai warisan dunia. Penyelenggaraan HNMUN akan digelar pada 16-19 Februari 2012.

“Kami akan mengenakan batik dalam ajang simulasi itu. Setidaknya bisa membantu mempromosikan warisan budaya leluhur,” kata Michael Laurent, salah satu delegasi Undip dalam HNMUN 2012, di Semarang, Senin (16/1).

Ajang HNMUN 2012 diikuti perwakilan perguruan tinggi dari 35 negara.Namun ajang itu mensyaratkan setiap delegasi tidak diperbolehkan mewakili negara asalnya, seperti Undip yang pada ajang itu ditunjuk mewakili Kirgistan.

Michael mengakui, tidak diperbolehkannya delegasi mewakili negara asal itu memang dimaksudkan menjaga objektivitas kajian permasalahan yang akan diangkat, sekaligus mendorong empati sesama warga negara.

Meski ‘tidak mewakili’ Indonesia, Michael mengatakan, akan menyiasatinya dengan kesepakatan seluruh delegasi Undip untuk mengenakan batik dalam setiap simulasi sidang yang terbagi dalam sembilan komite itu.

Delegasi yang dikirim berjumlah 15 orang, yakni Faizal Fajar Nurroji, Erlangga Kristanto, Banun Diyah, Teguh Iman Prastyo, Ayu Hapsari Aditiyanti, Friska Finalia, Rosiana Irta, Aji Bramantyoaji, Michael Laurent, Finta Elvira, Risti Merdikawati, Astrid Karina Putri, Husein Ahmad, Nydia Rena Benita, dan Fadel Muhammad Garishah .

Michael menambahkan, pada ajang HNMUN juga digelar pergelaran “culture night” yang bisa dimanfaatkan setiap delegasi untuk mengenalkan dan mempromosikan berbagai potensi unggulan yang dimiliki negaranya, termasuk Indonesia.Selain Undip, delegasi Indonesia juga akan diwakili UI, ITB, dan Unpad.
Redaktur: Ramdhan Muhaimin

Sumber: Antara

Open Panel

Informasi Produk

  • Bahan Batik Seragam
  • Model Seragam Batik Pria
  • Model Seragam Batik Wanita
  • Seragam Batik Eksklusif
  • Batik Klasik Yogyakarta
  • Batik Indonesia