Senin, 12 Desember 2011

Modal Nekat, Raup Untung dari Batik Lawasan

Batik Muyas - KOMPAS.com, Sebagai orang Bali, darah seni Dayu Jiwa nampaknya sudah mengalir sejak kecil. Namun sayangnya ia memutuskan untuk melanjutkan usaha keluarganya untuk mengurus restoran Hydepark Corner di Sanur. “Pada suatu ketika saya mulai tertarik dengan batik, karena ada teman saya dari Inggris yang menantang saya untuk kenal lebih jauh dengan batik,” tukas Dayu kepada Kompas Female, saat acara Katumbiri Expo di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (7/12/2011) lalu.

Dayu JiwaMerasa tertantang untuk mengenal batik asli, atas anjuran temannya Dayu lantas menuju ke desa Kerek di Jawa Timur pada tahun 2003. “Saya pergi sendirian, bermodal nekat untuk belajar membuat batik,” tukasnya. Nasib baik berpihak padanya, karena secara kebetulan ia bertemu dengan seorang pengrajin batik yang baik. Dalam waktu dua minggu, Dayu akhirnya menguasai teknik membatik dengan baik.

Sebagai orang Bali, Dayu pun berpikir untuk membuat kreasi batik tulis yang menonjolkan ciri khas Bali. “Sulit untuk membuat motif khas Bali, dan saya bingung karena semua motifnya sudah ada. Akhirnya saya pun memodifikasi motif yang sudah ada,” bebernya.

Dayu mengaku bahwa awalnya ia sempat mendapat pertentangan dari “guru-guru” batiknya karena motif batiknya dianggap menyalahi pakem yang ada. Dayu sendiri mengganggap bahwa aliran yang digunakannya adalah aliran surealisme, dimana ia memodifikasi motif naga yang sudah ada menjadi sedikit berbeda. Ia membuat motif naga itu tampil lebih panjang dan sedikit berbeda, atau memodifikasi motif semeru dengan model tambahan motif lainnya. “Tapi akhirnya mereka sudah mengerti dan bisa menerimanya karena itulah motif buatan saya,” tambahnya.

Kecintaan pada seni batik akhirnya membuat Dayu mengambil satu langkah besar untuk menjual restorannya tahun 2004 dan mulai mengolah batik. Suatu saat ketika sedang pulang ke kampung halaman sang suami di Belanda, hatinya pun langsung tertarik dengan sebuah desain baju poncho. “Dari situ mulai kepikiran untuk membuat baju poncho dari batik,” tukasnya.

Memberdayakan masyarakat sekitar
Setelah mendapatkan model yang diinginkan, Dayu lantas terpikir untuk mulai memberdayakan ibu rumah tangga di sekitar rumahnya untuk membantunya menjahit. “Saya ajak mereka untuk berwirausaha kecil-kecilan dengan menjahit model baju poncho yang saya inginkan,” bebernya. Untuk mendapatkan hasil baju poncho batik yang diinginkan, Dayu pun harus rela untuk membongkar baju-baju contoh agar polanya sesuai dengan aslinya.

Bahan-bahan baju batik yang dibuat seringkali menyisakan potongan-potongan kain, atau yang disebutnya limbah batik. Atas inspirasi dari suaminya, Dayu pun memanfaatkan limbah batik ini untuk memodifikasi poncho buatannya. Ia menggunakan teknik bolak-balik di bagian dalam dan luar bajunya.

Untuk menghasilkan kreasi yang benar-benar beda, Dayu lebih suka membuat baju batik dengan menggunakan kain lawasan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan warna yang unik. Hanya saja, ia kerap terkendala menemukan batik lawasan yang benar-benar sesuai keinginannya. Akhirnya ia pun mencoba “melawaskan” sendiri kain tersebut dengan berbagai cara. “Awalnya pakai bahan kimia, tapi akhirnya saya menemukan cara lain dengan mencucinya menggunakan campuran daun mangga dan deterjen,” ujar perempuan yang sering mencari inspirasi dari majalah-majalah mode ini.

Dayu mengaku butuh waktu yang cukup lama untuk membuat sebuah baju batik lawasan bergaya bolak-balik ini. Selain butuh waktu untuk memberi efek lawas, ia pun butuh waktu lama untuk mengombinasikan warna-warnanya, serta berkreasi dengan berbagai model dan warna maupun teknik penjahitannya. “Makanya dari semua baju saya, tidak ada dua jenis baju yang sama, satu baju hanya punya satu ukuran dan satu jenis,” bebernya.

Modal nekat
Dayu bisa dibilang hanya bermodal nekat. Baju poncho kreasinya pun awalnya hanya dijual kepada teman-teman atau saudaranya. Namun minat yang semakin luas mendorong Dayu untuk memasarkannya lebih luas. “Dengan modal 20 juta rupiah dari suami, saya nekat jualan di pameran Adiwastra tahun 2008 di Jakarta dengan nama Batik Ijen Lawasan,” kenangnya.

Tak disangka, batik buatannya ini ternyata laku keras di pameran tersebut, dan terjual 300 potong. Hal ini semakin menambah kepercayaan dirinya untuk terus memasarkan batiknya. Berbekal keunikan batik, model baju, serta teknik penjahitan yang rapi, beberapa kali ia sempat bekerjasama dengan desainer Anne Avantie untuk mendesain busana dengan batik lawasan.

Meski tak memiliki toko sendiri untuk menjual baju-bajunya, Dayu mendapatkan tawaran untuk menjual produk Batik Ijen Lawasan di Alun-Alun Grand Indonesia, Debenhams, serta pameran-pameran besar lainnya di Jakarta. Kini untuk setiap pameran, ia bisa menjual sekitar 500-600 potong baju, dan keuntungan yang diraupnya dari beberapa department store yang menjual produknya bisa berkisar antara Rp 20 juta per bulan.

Sampai saat ini meski sudah terbilang sukses membesarkan label Batik Ijen Lawasan, Dayu masih tetap menghadapi kendala, di antaranya adalah masalah pekerja. “Pekerja saya adalah ibu rumah tangga, sehingga tidak bisa bekerja full-time. Selain itu mental bekerjanya pun masih kurang, dan kurang percaya diri bahwa mereka mampu untuk membuat sesuatu yang bagus,” tambahnya.

Untuk semakin menyemangati dirinya dalam berbisnis, Dayu selalu berpedoman pada keyakinannya untuk berani berekspresi, berani mencoba, dan melangkah. “Dan jangan lupa untuk tetap berani bermimpi untuk sukses,” pungkas Dayu.

Kamis, 01 Desember 2011

Batik Nusantara Kebanggaan Bangsa

Batik Muyas - Selamat hari batik, Indonesia! Sudah satu tahun berlalu sejak UNESCO mengukuhkan batik tulis Indonesia sebagai salah satu dari budaya tak benda warisan manusia (Intangible Cultural Heritage of Humanity). Sudah bertambahkah kecintaan kita akan batik Indonesia? Sudah bertambahkah pengetahuan kita mengenai batik Indonesia? :D

Postingan kami kali ini akan membahas mengenai beragam corak batik dari Sabang sampai Merauke. Semoga bisa menjadi tambahan pengetahuan teman-teman semua!

Sumatera


Batik Aceh

Motif batik Aceh rata-rata menampilkan unsur alam dan budaya dalam paduan warna-warna berani seperti merah, hijau, kuning, merah muda, dan sebagainya. Warna-warna berani pada batik Aceh inilah yang menjadi ciri khas batik Aceh.

Motif-motif pada batik Aceh umumnya melambangkan falsafah hidup masyarakatnya. Motif Pintu Aceh misalnya, menunjukkan ukuran tinggi pintu yang rendah. Kenyataannya, rumah adat Aceh memang berpintu rendah, namun di dalamnya memiliki ruangan yang lapang. Motif tolak angin menjadi perlambang banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat. Motif tersebut mengandung arti bahwa masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan.

Selain motif-motif tersebut juga terdapat beragam motif dan corak khas Aceh yang indah dari batik Aceh, antara lain Pintu Aceh, Bungong Jeumpa, Awan Meucanek, Pucok Reubong, dan lain-lain.

Batik Jambi

Berbeda dengan batik Jawa yang menggunakan potongan-potongan kain panjang, batik Jambi biasanya datang dalam bentuk jubah longgar, sarung, atau sebagai selendang/syal. Warna khas yang biasa dijumpai pada batik Jambi adalah merah, biru, hitam, dan kuning. Motifnya pada umumnya diambil dari alam, seperti tumbuhan, hewan, dan aktivitas sehari-hari warga Jambi. Motif batik Jambi yang terkenal antara lain adalah motif kapal sanggat, burung kuau, durian pecah, merak ngeram, dan tampok manggis.

Berikut ini adalah motif-motif Batik Jambi yang beraneka ragam. Kamu suka yang mana?



Batik Bengkulu

Motif batik khas Bengkulu, konon, merupakan sebuah adopsi campuran dari motif kaligrafi Jambi dengan Cirebon. Adopsi itu membentuk sebuah desain batik khas Bengkulu. Batik khas Bengkulu secara umum terdiri dari dua jenis. Pertama adalah batik Besurek dengan motif khasnya berupa tulisan kaligrafi. Dan kedua adalah batik Pei Ka Ga Nga atau disebut juga dengan batik Ka Ga Nga yang memiliki motif berupa tulisan asli masyarakat Rejang Lebong. Beberapa motif dasar dari batik Besurek antara lain: motif kaligrafi (diambil dari huruf-huruf kaligrafi. Untuk batik Besurek modern, biasanya kaligrafinya tidak bermakna); motif bunga rafflesia; motif burung kuau (bergambar burung yang terbuat dari rangkaian huruf-huruf kaligrafi); motif relung paku; dan motif rembulan.

Berikut ini beberapa motif batik Besurek:


Batik Riau

Di Riau, konon ada batik Selerang yang sempat begitu terkenal pada tahun 1990-an namun sayangnya kabarnya saat ini sudah menghilang. Selain itu, ada pula yang namanya batik Tabir. Batik Tabir yang dibuat berdasarkan sistem tulis dan tolek ini warna-warnanya terang dan cerah, seperti merah, kuning, hijau. Corak dan motifnya antara lain adalah bunga bintang, sosou, cempaka, dan kenduduk.

Ini adalah beberapa motif dari batik Tabir Riau:


Batik Padang

Di Padang, batiknya yang terkenal bernama batik tanah liek/tanah liat. Dinamakan demikian karena dalam proses pewarnaannya, batik ini dicelupkan ke dalam tanah liat. Namun, seiring dengan permintaan pasar, batik tanah liek ini tidak hanya berwarna cokelat saja. Batik ini pada akhirnya juga diwarnai menggunakan sumber-sumber pewarna alam lainnya. Sebut saja seperti kulit jengkol, kulit rambutan, gambir, kulit mahoni, dan lain-lain. Bahannya pun ada yang terbuat dari katun ataupun sutera. Motifnya juga bermacam-macam antara lain tumbuhan merambat atau akar berdaun, keluk daun pakis, pucuk rebung, dan lain-lain.

Ini dia beberapa motif dari batik Tanah Liek:


Batik Lampung

Mungkin lebih banyak orang mengenal Lampung dari kain tenun tapis-nya. Tapi jangan salah, Lampung juga memiliki batik dengan corak tersendiri. Batik ini lahir melalui proses panjang yang dilakukan oleh Andriand Damiri Sangadjie, seorang budayawan, bersama kawan-kawannya. Motif batik Lampung yang paling terkenal dan sering menjadi rebutan kolektor asing adalah motif perahu dan “pohon kehidupan”.

Ini adalah beberapa contoh motif dari batik Lampung:


Jawa


Batik Jawa Barat

Mungkin hanya sedikit yang tahu bahwa daerah Jawa Barat memiliki motif batik yang sungguh kaya. Ketua Yayasan Batik Jawa Barat baru-baru ini mengatakan bahwa Jawa Barat memiliki 200 motif batik yang model dan coraknya sesuai dengan daerah asalnya. Masing-masing daerah tersebut memiliki motif unik tersendiri, seperti di Bogor terdapat motif kota hujan, bunga bangkai, dan kujang kijang yang menggambarkan Bogor sebagai kota hujan. Dikatakan pula bahwa daerah Cirebon memiliki corak batik yang paling banyak.

Berikut ini adalah beberapa motif batik dari daerah Jawa Barat:

Batik Indramayu
Untuk lebih lengkapnya mengenai 143 motif batik Indramayu beserta sejarahnya dapat melihatnya di: http://www.batikpaoman.com/motif.htm

Batik Bogor

Batik Cirebon


Batik Garut


Batik Jawa Tengah

Ini adalah beberapa motif batik dari daerah Jawa Tengah:
Batik Semarang
Diproduksi para pengrajin di Kampung Batik, Kelurahan Bubakan, Kecamatan Mijen, Semarang, batik Semarang juga menawarkan beragam motif yang khas dibanding motif-motif batik dari daerah Jawa Tengah lainnya. Pada umumnya batik Semarang berwarna dasar oranye kemerahan karena mendapat pengaruh dari China dan Eropa. Selain itu, motif dasar batik Semarang banyak dipengaruhi budaya China yang pada umumnya banyak menampilkan motif fauna yang lebih menonjol daripada flora. Misalnya merak, kupu-kupu, jago, cendrawasih, burung phoenix, dan sebagainya. Adapun motif Semarang yang menonjolkan ikon kota Semarang seperti Tugu Muda, Lawang Sewu, Burung Kuntul, Wisma Perdamaian, dan Gereja Blenduk.
Beberapa motif dari batik Semarang:

Sumber: http://www.batiksemarang16.net/
Batik Solo
Kota Solo memang merupakan salah satu tempat wisata belanja kain batik terkenal di Indonesia. Di sini banyak sekali terdapat sentra kain batik, yang tersohor antara lain kawasan Kampung Batik Laweyan dan kawasan Kampung Wisata Batik Kauman. Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya yang terkenal antara lain “Sidomukti” dan “Sidoluruh”. Batik Solo memiliki warna dominan cokelat soga kekuningan.
Beberapa motif dari batik Solo:

Motif Sidomukti – Agar selalu mukti, berkecukupan, motif ini biasanya digunakan saat upacara Panggih Pengantin
Batik Yogyakarta
Di Yogyakarta khususnya, warna batik tradisional adalah biru-hitam, serta soga cokelat dan putih dari pewarna alam. Biru-hitam diambil dari daun tanaman indigofera yang disebut juga nila atau tom yang difermentasi. Sementara warna soga atau cokelat diambil dari campuran kulit pohon tinggi warna merah, kulit pohon jambal warna merah cokelat, dan kayu tegeran warna kuning. Karakter motif batik Yogya adalah tegas, formal, sedikit kaku, dan patuh pada pakem. Konon, karakter ini berhubungan dengan keraton Yogya yang anti-kolonial.
Beberapa motif dari batik Yogyakarta:

Batik Pekalongan
Perjumpaan masyarakat Pekalongan, Jawa Tengah, dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang pada masa lalu telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik di sini. Beberapa jenis motif batik pengaruh berbagai negara itu kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu adalah batik Jlamprang diilhami India dan Arab, batik Encim dan Klangenan dipengaruhi peranakan Cina, batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai yang tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang. Warna cerah dan motif beragam membuat batik Pekalongan maju pesat. Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta, batik Pekalongan terlihat lebih dinamis lantaran permainan motif yang lebih bebas. Media kainnya pun bermacam-macam. Tidak hanya katun dan kaos, sutera juga menjadi andalan batik Pekalongan saat bersaing di luar negeri. Motif Jlamprang, Sekarjagat, atau motif khas lainnya, menjadi berkelas ketika dituangkan dalam bahan baku sutera.
Beberapa motif batik Pekalongan:

Motif Jlamprang


Referensi:
http://www.yousaytoo.com/tentang-keunikan-motif-batik-jambi/225226
http://www.jambiexplorer.com/content/thefabriques.htm
http://batikindonesia.info/2003/11/23/warna-warna-berani-batik-aceh/
http://seraimanis.com/products/1/0/Batik-Tabir-Sutra/
http://www.melvacraft.com/gallery11.html
http://www.lampungprov.go.id/?link=dtl&id=1343
http://putra-lampung.blogspot.com/2008/07/batik-lampung-bukan-sembagi.html
http://www.facebook.com/group.php?gid=55789753828
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/seni-budaya/10/03/29/108683-ada-lebih-dari-200-motif-batik-di-jawa-barat
http://www.batiktradisiku.com/
http://batikmahkota-crb.com/
http://embassyofindonesia.it/
http://www.batikindramayu.com/
http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/05/04/29/106238/
http://www.batiksemarang16.net/
http://solobatik.athost.net/
http://berita.liputan6.com/liputanpilihan/200910/246143/Batik.Khazanah.Budaya.Nusantara

Open Panel

Informasi Produk

  • Bahan Batik Seragam
  • Model Seragam Batik Pria
  • Model Seragam Batik Wanita
  • Seragam Batik Eksklusif
  • Batik Klasik Yogyakarta
  • Batik Indonesia