Jumat, 28 Oktober 2011

Peluang Usaha: Romi tetap bertahan walau dihantam krisis (2)

Kecintaan pada budaya lokal membuat Romi Oktabirawa, pemilik Wirokuto Batik, jatuh hati pada dunia batik. Dengan sentuhan kreativitasnya, ia memproduksi produk batik pekalongan yang kini sudah terkenal hingga mancanegara. Lihat saja, Romi rutin ekspor batik ke Jepang dengan omzet ratusan juta rupiah per bulan.

Bermula dari decak kagum melihat kekayaan budaya nasional membuat Romi Oktabirawa tertarik untuk terjun ke usaha yang berkaitan dengan seni membatik. Berkat kekaguman itu pula, Romi mampu jadi eksportir batik.

Niat menceburkan diri dalam dunia batik itu terkabul setelah ia menyelesaikan studi ilmu syariah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dengan modal Rp 6 juta, pada 1996, Romi mendirikan bengkel batik bersama tiga pembatik Pekalongan. Bengkel batik itu berdiri di tempat kelahirannya di Desa Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

Ia memberi nama bengkel itu Wirokuto, yang dalam bahasa Indonesia berarti wiro itu karya, dan kuto itu kota. Dengan begitu kata Wirokuto berarti batik bikinan orang kota.

Pemberian nama sesuai dengan target pasar Romi, yakni para penyuka batik yang tinggal di kota-kota besar. Itulah sebabnya, Romi berusaha membuat batik dengan desain berbeda dari karya pembatik pada umumnya.

Romi mengaku, salah satu kesuksesan dia berbisnis batik karena berani membuat terobosan desain yang berbeda itu. "Semangat to be different dalam berkreasi batik menjadi semangat saya," kata pria yang sudah biasa mendapat penghargaan itu.

Pertama kali memproduksi, Romi hanya menggarap pasar Pekalongan saja. Tapi pada tahun 2000-an, Romi berhasil menembus pasar Jakarta. "Saat itulah saya bertemu Menteri Perdagangan dan mengajak saya memperkenalkan batik pekalongan," terang Romi.

Ajakan dari Menteri Perdagangan itu membuat Romi menjadi sering keliling berbagai daerah guna memperkenalkan batik pekalongan. Dia juga sering menjadi pembicara seminar yang berkaitan dengan batik. "Jadinya, saya biasa bolak-balik Jakarta, Solo, dan Yogyakarta," katanya

Karena populer, Romi dipercaya Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan sebagai ketua penyelenggara Festival Batik Pekalongan pada 2005. Dalam festival itulah Romi membuat terobosan baru. Ia bersama perajin batik dari Pekalongan berhasil memecahkan rekor dunia membatik terpanjang sejagat yang tercatat dalam The Guiness World of Record.

Rekor itu pecah karena kurang dari sehari, ia bersama pembatik membatik kain sepanjang 1.147 meter. "Event itu dicatat dunia," kata pria kelahiran Pekalongan, 30 Oktober 1973 itu.

Sejak itu nama Romi semakin melambung, tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Undangan untuk memperkenalkan batik di luar negeri antre di meja kerjanya. Dari batik itu pula dia mendapat penghargaan berupa Seal of Excellence for Handicraft dari Unesco Asia Pasifik pada 2006 dan 2007.

Tak hanya itu, tahun 2006 juga Romi membawa pulang penghargaan dari Asosiasi Promosi dan Pengembangan Kerajinan ASEAN (AHPADA). Di dalam negeri Romi menyabet penghargaan Kreasi Cipta Kriya Nusantara dari Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) pada 2006 juga.

Kepopuleran Romi itu merembet ke bisnis batiknya. Pertemuannya dengan banyak orang membuat dia akrab dengan pembeli batik dari dalam dan luar negeri. Dari sekian banyak pembeli, yang paling berkesan baginya adalah pembeli batik dari Jepang.

Peminat batik dari negeri Sakura itu mengajaknya belajar proses pewarnaan kimono di Jepang. Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, Romi berangkat ke Jepang dan belajar membubuhkan warna, motif, dan pola pada kimono.

Selesai belajar, Romi kembali ke Pekalongan dan menerapkan keahliannya itu, yakni membatik pada kimono yang kemudian diekspor ke Jepang. Hingga kini Romi rutin ekspor 300 potong kimono batik per bulan. "Saya memang fokus ekspor ke Jepang karena di sana permintaan tinggi," kata Romi.

Selain melayani pasar Jepang, Romi juga melayani pesanan batik di dalam negeri. Dalam sebulan Romi memproduksi 4.000 potong batik cap, dan 200 potong batik tulis. Jika harga sepotong batik dihargai Rp 100.000 saja, Romi tentu bisa mendulang omzet ratusan juta rupiah sebulan.

(Bersambung)

Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1319790297/81284/Romi-tetap-bertahan-walau-dihantam-krisis-2-

Jumat, 21 Oktober 2011

Dian Kyriss, Kolektor 2.000 Kain Batik

SURABAYA, KOMPAS.com - Penasaran dengan harga kain batik yang mahal, membuat Dian Kyriss, belajar arti dan makna dari kain batik itu. Selanjutnya, ketika tahu batik ternyata memiliki makna dan filosofi tinggi, Dian menjatuhkan pilihan untuk mengoleksinya dengan kekhususan kain batik tua.

Ketika ditemui di rumahnya yang asri di kawasan Graha Family Surabaya, Dian Kyriss sedang asyik menata tumpukan kain-kain batik di sebuah ruangan khusus. "Sebenarnya tiap hari sudah tertata rapi. Tapi sesekali waktu saya bongkar untuk saya angin-anginkan agar tidak lembab," jelas istri dari ekspatriat John Kyriss asal Jerman itu.

Di ruangan khusus itu, Dian menempatkan sekitar 2.000 potong kain batik dari berbagai daerah. Ada yang ditumpuk rapi di lima lemari kayu dan kaca berukuran besar dengan model kuno, ada pula yang digulung dalam gulungan khusus untuk batik. Beberapa bahkan ada yang dipajang layaknya jemuran kain.

Padahal di ruangan itu, tertutup dan berpendingin ruangan. Bersama dengan koleksi guci-guci kuno dan berbagai jenis souvenir khas dari berbagai daerah yang juga tampak kuno, membuat batik-batik itu seperti berada di museum atau galeri khusus barang kuno.

Memang, batik-batik yang dikoleksi ibu dua anak itu adalah batik-batik kuno. "Saya sengaja memilih batik yang kuno-kuno karena memiliki nilai sejarah lebih. Dibandingkan dengan batik yang sekarang," jelas Dian.

Jenisnya bermacam-macam. Mulai dari batik Sidoarjo, Jogja, Solo, Pekalongan, Tasikmalaya, Lasem, Kalimantan, hingga Sumatera, Dian memilikinya. Sedangkan untuk yang tua-nya, Dian mengaku memilih batik yang dimiliki warga-warga di sekitaran kampung batik di daerah-daerah itu. Yang paling tua, Dian menunjukkan kain batik berwarna hijau yang dijereng di sudut ruangan berukuran 2 meter x 1 meter.

"Ini paling tua. Usianya sekitar 150 tahun, saya dapatkan di kampung Jetis Sidoarjo. Milik keluarga pembuat batik jaman dulu, yang menemukan batik itu di tumpukan barang mbah buyutnya," jelas Dian.

Tanpa bersedia menyebut nama, Dian mengisahkan, pemilik batik itu adalah pembuat pabrik jaman dulu di Jetis. Kemudian tutup dan hingga tahun 2007 lalu, saat cucu dan cucu buyutnya akan kembali membuka usaha batik, kain itu ditemukan. "Saat saya bertemu mereka, dan mereka menceritakan riwayat kain batik itu, saya beranikan untuk beli. Harganya lumayan tinggi, tapi saya puas," ungkap Dian tanpa menyebut angka.

Sejak saat itulah, Dian mulai jatuh cinta untuk mengoleksi batik tua. Selain dari Jetis, Sidoarjo, Dian juga berhasil mendapatkan kain batik Jogja dari seorang nenek di Ponorogo, tempat asalnya. Batik Jogja itu diberikan seorang nenek, tetangganya begitu saja, dengan syarat, batik itu harus dijaga dan tidak digunakan untuk hal-hal yang mengandung mistis.

Kain batik motif parang dengan warna cokelat susu itu, disebut si nenek adalah warisan dari orangtuanya yang diberikan saat dia menikah. "Jadi berapa usia pastinya belum tahu. Nenek ini meninggal tahun 2009 lalu, di usia 89 tahun. Tentunya kalau dia menikah usia 20 tahun, kain ini sudah berusia lebih dari 50 tahun," ungkap Dian.

Selain dua batik itu, kain batik koleksi Dian rata-rata batik buatan tahun 1950-an hingga tahun 1970-an. Untuk mendapatkannya, Dian rela berkeliling masuk ke kampung-kampung. Biasanya dia datang ke kampung pembuat batik. Kemudian mencari home industry yang sudah lama. Atau bertanya siapa orang-orang tua di daerah kampung itu yang suka menyimpan batik.

"Kadang ada pula kain batik kuno yang saya dapatkan bekas. Saya tetap mau ambil, ada kain batik bekas dipakai sholat oleh pemiliknya yang sudah meninggal. Bekas itu terlihat dari adanya bagian kain yang sobek atau sudah lusuh," cerita Dian.

Sedangkan untuk batik Sumatera, Dian mengaku mendapatkannya di Palembang. Batik itu tampil denga motif gajah, yang biasa ada di Lampung. Tapi ternyata pembuatnya adalah orang Jawa yang bertransmigrasi di daerah perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan di tahun 1970an. Di daerah transmigrasi itu, mereka juga membatik dengan menggunakan motif khas daerah mereka tinggal, yaitu gajah.

"Jadi siapa bilang, batik hanya ada di Jawa, daerah lain juga ada. Saya juga menemukan batik di Bali dan Kalimantan Selatan, meski belum menemukan yang usianya lebih dari 20 tahun," lanjut Dian.

Dengan koleksinya itu, Dian berencana untuk akan terus merawatnya hingga batas waktu yang tidak terbatas. Meski banyak yang menawar untuk membei, Dian mengaku tidak akan melepasnya. "Ada yang menawar puluhan juta per potong. Saya tolak. Karena apa yang saya simpan ini, saya sebut sebagai kegiatan penyelamatan untuk batik tua," tandas Dian.

Sumber dan Foto : http://regional.kompas.com/read/2011/10/19/09314961/Dian.Kyriss.Kolektor.2.000.Kain.Batik

Baju Pengantin Warisan & Kain Batik Desain Ulang

Wednesday, 19 October 2011
Desainer asal Yogyakarta, Afif Syakur, dipilih membuat replika batik tulis semen raja pada pernikahan putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, dengan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudanegara.

Pernikahan putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, GRAj Nurastuti Wijareni yang sekarang bergelar GKR Bendara dengan Achmad Ubaidillah yang mendapat gelar KPH Yudanegara disebut-sebut sebagai pernikahan paling akbar di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.Pada prosesi pernikahan yang digelar pada 16-19 Oktober ini disiapkan 9 kereta kencana untuk upacara arak-arakan atau lazim juga disebut kirab pengantin.

Tradisi kirab pengantin ini merupakan tradisi pernikahan zaman Sultan Hamengku Buwono VII (1877 - 1920).Ketika itu kedua pengantin akan diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Kepatihan (Kompleks Kantor Gubernur) menggunakan kereta Kanjeng Kyai Jong Wiyat.Inilah prosesi yang menjadi simbol perkenalan kedua pengantin kepada masyarakat Yogyakarta. Prosesi kirab pengantin ini sebelumnya tidak dilakukan oleh ketiga putri Sultan sebelumnya.Karena itu, momen ini terbilang langka dan menjadi wujud pelestarian budaya Yogyakarta.Tak hanya itu, momen tersebut diharapkan menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

Aura pernikahan zaman Sultan Hamengku Buwono (HB) VII juga terpancar dari busana pengantin yang dikenakan keduanya.Kedua mempelai menggunakan busana ala kerajaan Sultan HB VII dipadu dengan bawahan kain batik motif semen raja.Batik ini sudah turun-temurun dikenakan dalam upacara pernikahan di lingkungan keraton sejak masa pemerintahan Sultan HBVII. Batik asli motif ini tersimpan rapi di salah satu tempat di keraton.Adapun batik yang dipakai kedua mempelai merupakan hasil desain ulang pembatik sekaligus desainer Afif Syakur.Batik tersebut digunakan pada saat berdandan basahanatau paes ageng.

"Motif batik ini merupakan motif batik klasik khas Yogyakarta yang memiliki makna doa agar si pemakai memiliki keharmonisan dalam hidup dan kebaikan budi pekerti hingga akhir hayat,"ujar Afif di sela-sela acara fitting busana pengantin di Keraton Kilen,Yogyakarta. Menurut Afif,untuk bisa mendesain ulang motif batik sama persis dengan aslinya, membutuhkan waktu kurang lebih 9 bulan.Hal itu karena Afif harus benar-benar mengikuti pakem yang berlaku pada motif batik itu.

"Jujur saja ini adalah tantangan bagi saya karena di balik setiap motif batik itu,pasti ada maknanya.Apalagi ini batik tradisi kerajaan yang harus benar-benar diperhatikan segala detailnya,"kata Afif. Motif batik semen rajayang ditulis dalam kain sepanjang 2,5 x 4,5 meter ini sarat corak flora dan fauna yang menggambarkan makna seseorang yang mulia dan memiliki budi pekerti luhur serta prinsip hidup seseorang yang lahir dari tunas.Motif ini juga bercerita tentang fase kehidupan manusia dari lahir hingga meninggal.

Desainer yang pernah menjadi Ketua Jogja Fashion Week 2011 ini membuat kain batik motif semen raja sebanyak 4 helai.Dua dikenakan oleh sepasang mempelai dan dua lainnya digunakan untuk kain cadangan.Batik tersebut berwarna biru dipadu dengan serbuk emas prada yang ditempelkan di batik. Adapun riasan dipercayakan kepada Tienuk Riefki yang membawa 18 perias yang siap mendandani seluruh keluarga serta panitia pernikahan.Tienuk tidak hanya bertanggung jawab pada riasan,juga perhiasan yang dikenakan kedua mempelai.

"Kedua mempelai akan mengenakan perhiasan warisan turun-temurun kerajaan sejak masa pemerintahan Sultan HB VII.Bisa dikatakan, ini adalah perhiasan keramat Keraton Yogyakarta," ucap Tienuk saat mempersiapkan segala perlengkapan rias pengantin di Keraton Kilen, Yogyakarta,Jumat (14/10). Pada prosesi upacara adat panggih,kirab,dan resepsi, pengantin wanita mengenakan perhiasan keraton yang disebut rojo keputren,mulai cundhuk menthul,pethat gunungan, penthung,subang royok, sangsangan sungsum,gelang kono,hingga slepe.Sementara, pengantin pria menggunakan pethat menthul,sumping ron mangkoro,dan karset.

Selama menjalani ritual adat menjelang hingga hari H pernikahan,kedua mempelai dirias dengan berbagai macam model,antara lain rias pengantin khas Yogyakarta paes ageng (saat upacara panggih),paes ageng jangan menirdipadu kebaya merah marun (saat kirab),dan paes ageng jangan menirdipadu kebaya warna hitam blenggen burdiran(saat resepsi). Sementara,pengantin pria menggunakan busana sikepan burdiranwarna hitam.

Prosesi adat pernikahan keraton terdiri atas upacara siraman,midodareni,plangkahan, ngabekten, ijab kabul, resepsi,hingga berbagai upacara adat lainnya.

Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/436796/

Napoleon Bonaparte Pakai Batik?

Batik Muyas - (KOMPAS.com) Pasti Anda sudah sering ke Ancol Taman Impian yang terletak di utara Jakarta. Namun, pernahkan Anda mampir dan melihat karya-karya seni di Pasar Seni Ancol?

Nah, saat Ancol Art Festival, beragam karya seni bisa Anda lihat. Anda dapat menyaksikan berbagai seni, termasuk seni dalam mengungkapkan ide-ide kreatif pada obyek kanvas ataupun kayu.

Apa yang Anda suka? Melihat lukisan-lukisan indah dengan gambar-gambar unik atau ukiran-ukiran pada kayu yang dibentuk gemulai? De-Jabo, misalnya, pelukis ini telah menggeluti profesinya sejak 1985. Karya seni lukisnya terinspirasi dari legenda-legenda yang sudah ada, tetapi ia buat berbeda.

Salah satunya, lihat saja lukisan tentang Napoleon Bonaparte, pahlawan revolusi Perancis. Ia menambahkan ornamen batik dan wayang pada prajurit perang dengan sangat pas tanpa mengurangi nilai sejarahnya.

"Cara seniman Indonesia bersaing dengan seniman asing adalah dengan memasukkan ornamen-ornamen khas indonesia, misalnya tokoh wayang, batik, dan sebagainya. Serta sesorang harus total dengan karyanya, dan buatlah mood Anda sendiri dalam bekerja karena orang sukses tahu kapan ia bekerja, kapan ia berhenti," ungkapnya ketika ditanya bagaimana strategi bersaing dalam industri seni dan budaya.

Hingga kini pembeli karya seninya pun telah mencapai mancanegara, seperti Jepang dan Perancis. Nilainya pun antara Rp 75 juta dan Rp 150 juta rupiah. Pembuatannya pun tak terbilang cepat dan mudah. Pembuatan satu lukisan rata-rata 3 hingga 6 bulan.

Begitu pula dengan seni pahat pada obyek kayu yang dilakukan oleh Pak Nato asal Belora, Jawa Tengah. Karya seni pahatnya ini telah dipasarkan di seluruh Indonesia, India, hingga Eropa, seperti Inggris dan Perancis.

Ternyata obyek kayu pohon bahan karya seninya telah terbentuk secara alami. Ia tinggal merancang ide untuk menambahkan pahatan agar lebih menarik.

"Ide pahatan selanjutnya datang dari Pak Nato sendiri, sedangkan pemahatnya adalah pekerja seni di galeri Pak Nato. Kisaran harganya mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 200 juta. Karya seni pahat seharga Rp 200 juta itu disebabkan bentuk obyek kayunya telah terbentuk sempurna dari alam, 20 persen kreasi pahatan manusia, makanya lebih mahal," kata Christin, karyawan galeri Pak Nato. Dari karya seniman-seniman di atas Anda dapat menyadari bahwa sebuah karya seni memiliki nilai tersendiri bagi penikmatnya. Untuk menghasilkan sebuah karya seni, bukanlah hal yang mudah dan instan. Diperlukan ketekunan dan kreativitas untuk membentuk karya seni menjadi barang berharga.

Ancol Art Festival ini akan berlangsung dari tanggal 14 hingga 23 Oktober 2011 di Pasar Seni Ancol. Tahun ini, Ancol Art Festival menampilkan tema "Yogyakarta". Anda dapat menemukan kuliner dan seni Yogyakarta selama acara Ancol Art Festival berlangsung.

Sumber : http://travel.kompas.com/read/2011/10/21/18041867/Napoleon.Bonaparte.Pakai.Batik

Kamis, 06 Oktober 2011

Kenalkan Tren Kerudung Indonesia Lewat Scarf Batik

Batik Muyas - Bandung, Sebagai salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, potensi Indonesia menjadi kiblat fesyen muslimah sangat terbuka. Salah satu fesyen desainer di Bandung Irna Mutiara melirik celah tersebut. Kerudung dipilih menjadi tren di kalangan muslimah di dunia.

"Bisa dibilang kita negara yang muslimahnya termasuk banyak. Tapi kok belum punya kerudung yang khas, sementara di Indonesia banyak banget yang pakai kerudung," tutur Irna kepada detikbandung.

Irna kemudian memutar otak untuk mewujudkan keinginannya membuat kerudung khas Indonesia. Hasilnya ia memutuskan untuk membuat kerudung motif batik. Tentu saja, karena batik sudah menjadi warisan budaya dunia dan sangat mewakili Indonesia.

Keanekaragaman jenis batik yang ada di Indonesia cukup menginspirasi Irna. Dari sekian banyak motif, yang dipilih Irna saat ini adalah motif batik Jabar, seperti batik khas Garut dan Tasikmalaya.

"Tapi tidak menutup kemungkinan nanti ada corak batik dari NTB, atau motif khas daerah lainnya. Saya melihat potensi apa saja yang bisa diaplikasikan pada kerudung buatan saya," terang Irna kepada detikbandung.

Gayung bersambut, mimpi Irna untuk membawa tren kerudung Indonesia ke luar negeri tercapai. Kerudung batiknya laris diminati para muslimah di berbagai negara, salah satunya Malaysia.

"Mudah untuk menawarkan ke luar (negeri). Tapi kalau di Indonesia sendiri kan tren harus mencoba memakainya. Kalau bagus orang-orang mau pakai," terang Irna.

Memakai merek Ina Scarf, Irna bertekad untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslimah.

"Ina itu artinya Indonesia. Jadi Ina Scarf itu kerudungnya Indonesia," jelasnya.

Bahan kerudung batik buatan Irna menggunakan katun viskos. Bahan tersebut memang cocok dibuat kerudung dan tidak membuat pemakainya kegerahan.

Kerudung batik ini cocok dipadukan dengan pakaian polos yang warnanya disesuaikan dengan motif batik.

(avi/bbn)

Sumber : http://bandung.detik.com/read/2011/10/06/090456/1737926/686/kenalkan-tren-kerudung-indonesia-lewat-scarf-batik

Cinta Batik Indonesia

PENYANYI mungil asal Australia, Lenka Kripac, menyempatkan diri menjumpai wartawan beberapa jam sebelum konsernya diselenggarakan kemarin (5/10
Bertempat di Velpa Kafe Gandaria City, perempuan 33 tahun itu menjawab berbagai pertanyaan. Malamnya, dia menggelar pertunjukan keduanya di Indonesia dalam balutan acara Lenka Live in Concert di Skeenoo Hall, Gandaria City, Jakarta Selatan. Lenka sudah cukup akrab dengan Indonesia. Dia pernah dua kali berlibur ke Bali. Saat makan, menu yang diminta adalah gado-gado. "Saya sudah tiba di Jakarta tadi malam (Selasa malam, Red). Ya, saya makan gado-gado. juga, soto ayam," katanya antusias. Saat Lenka berbicara, bola matanya terlihat berbinar, menujukkan semangatnya.

Penyanyi dan penulis lagu yang tenar dengan Trouble is a Friend itu terlihat imut. Rambut pendeknya berhias bando. Dia mengenakan mini dress batik. "Saya cinta batik. Sudah lama saya suka batik. Sejak SMA. Bahkan, dulu ada guru yang mengajari saya membatik," bebernya. Kemarin, sebelum menghadiri konferensi pers itu, Lenka pergi ke butik batik terlebih. Dia membeli beberapa potong baju dan satu di antaranya langsung dia kenakan. Perempuan yang menguasai alat musik piano dan trompet tersebut juga memiliki seragam batik pramugari maskapai Garuda Indonesia. "Saya beli seragamnya. Kan ada yang batik," lanjutnya.Lenka menjadi fenomena setelah album indie pertamanya, The Show, sukses di pasaran. Karena kesuksesan itu, dia telah melakukan tur keliling dunia serta tampil di beberapa festival besar. Dia juga pernah tampil secara langsung di Conan O"Brien, Late Night Show. Kini dia sudah meluncurkan album kedua, yaitu Two. Di album kedua itu, dia berkolaborasi dengan beberapa musisi seperti David Kosten dan Guy Sigsworth.

 "Album kedua saya ini musiknya lebih bervariasi. Lebih banyak musik elektroniknya. Lebih nge-beat. Asyik deh kalau buat dance," katanya.  Sebenyak 2.700 tiket konser yang dipromotori oleh MP Enter dan Untitled Entertainment habis terjual. Kapasitas Skeeno Hall memang tidak begitu besar. Ketika tiket konsernya terjual habis, Lenka girang. "Oh, really. Yay. Thank you," katanya sambil mengangkat dua tangannya.  Selain menyanyikan lagu dari album terbaru, Lenka akan membawakan lagu-lagi di album pertama. "Nanti dengarkan saja. Saya akan menyanyikan 16 lagu," imbuhnya. Perempuan yang juga jago akting tersebut tidak tampil sendiri. Dia perform dengan empat pemain musik. (jan/ayi)

Sumber : http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=98457

Yang Muda Mulai Melirik, Batik Sarimbit Banyak Dicari

TIDAK ada yang mengelak, jika saat ini, hampir semua orang mengenakan batik. Tua, muda, hingga anak-anak, banyak ditemui yang mengenakan pakaian batik. Banyak yang belanja kain dan pakaian batik.
Masyarakat berbondong-bondong membeli batik tak hanya untuk dikenakan di kantor, atau acara-acara formal, tapi ada yang dipakai untuk sekadar santai di rumah.  Petang, tak menyurutkan semangat untuk melihat-lihat baju-baju batik yang terpajang di sebuah toko batik di kawasan Malioboro, Batik Surya. Ada bermacam-macam motif yang ditawarkan, dengan beraneka warna dan model yang menarik.

Ya, saat ini batik tak hanya didominasi oleh warna cokelat dan hitam. Namun juga menampilkan warna cerah yang berani, seperti merah, ungu, hijau, bahkan kuning keemasan. Dilihat dari modelnya, sangat beragam, mulai dari kemeja, dress cantik, hingga batik sarimbit (pasangan).

"Kalau bicara perkembangan batik, saat ini berkembangnya sangat pesat. Apalagi saat ada kabar bahwa batik diklaim oleh negara tetangga, warga Indonesia seolah baru menyadari bahwa batik merupakan warisan adi luhung bangsa in," kata Suryadi Suryadinata, pengusaha penjual batik di kawasan Malioboro.

Terlebih lagi setelah diakui sebagai warisan budaya dunia, menurut pengamatan Suryadi Suryadinata, semua orang tak segan mengenakan batik. "Bahkan saat ini anak muda banyak yang berbatik, meski juga dipadukan dengan jeans. Toh kesan casual juga lebih terlihat," tandasnya saat ditemui, kemarin (5/10).

Dirasakan oleh Suryadi, penjualan batik tak lagi didominasi oleh orang tua. Tetapi sekarang, banyak anak muda yang mencari batik. Dengan begitu, industri batik semakin menggeliat. Dibarengi dengan trend warna batik memunculkan warna yang cerah, semakin menambah minat anak muda mengenakan batik. "Model baju batik juga lebih modern dengan mengikuti trend fashion pada umumnya," ujarnya.

Tentang jenis batik yang banyak dicari, menurut Suryadi Suryadinata, adalah batik sarimbit (pasangan). Tak hanya untuk pasangan suami istri, tetapi masyarakat juga menginginkan adanya keseragaman mulai dari ayah, ibu, dan anaknya. Dengan demikian, maka harus ada motif dan warna yang bisa masuk untuk semua usia. Dan disinilah peran kreativitas diperlukan.

"Tidak gampang membujuk anak muda mengenakan batik, apalagi dulu warnanya hanya cokelat dan hitam saja. Tetapi sekarang, corak, model dan warnanya lebih beragam, karena adanya inovasi baik dari pembatik maupun pengguna batik itu sendiri," bebernya.

Momen ini lah yang harus ditangkap dan dipertahankan. "Saya rasa, moment inilah yang mesti dipertahankan, jangan sampai minat mengenakan batik luntur, "tutur Suryadi yang juga menjabat sebagai Ketua Pengusaha Malioboro Jogjakarta ini.
Suryadi beranggapan bahwa naiknya minat masyarakat terhadap batik, juga mesti dibarengi dengan inovasi dan kreasi. Tak hanya pada modelnya, tapi juga corak atau motif, namun tetap tidak meninggalkan pakem yang sudah ada. Karena, jika tak begitu, dikhawatirkan batik ditinggalkan begitu saja.

"Saat ini hingga kedepan, saya optimistis bahwa prospek batik di Jogja sangat bagus, apalagi saat ini masyarakat nusantara dan mancanegara sudah mengenal Jogja sebagai kota batik. Jadi saat berada di Jogja, belum mantab rasanya jika belum membeli batik. Terpenting adalah kreasi dan inovasi agar batik tetap eksis kedepannya," papar lelaki berkacamata ini.
Suryadi, mulai menekuni bisnis penjualan kain dan baju batik sejak lima tahun yang lalu. Awalnya, Suryadi menjual produk fashion umum. Namun, kemudian mulai melirik usaha batik karena dirinya memang menyukai batik. Dalam keseharian, dirinya tak segan mengenakan batik, meski hanya untuk bersantai di rumah.

Bagi Suryadi Suryadinata, batik memiliki keunikan, apalagi jika mengingat proses pembuatan batik yang cukup lama. Butuh ketelatenan untuk menghasilkan selembar kain batik, dan itulah yang menggugahnya untuk ikut serta memasarkan batik melalui usahanya.

"Saya memang suka pakai batik, seperti sekarang ini misalnya. Dari situ, saya berpikir kenapa tidak menjual produk batik saja," ungkapnya.
Akhirnya dia mengubah konsep lebih spesifik, dan fokus pada penjualan batik saja. "Untuk kain batiknya, saya tak hanya ambil dari Jogja, tapi juga batik Cirebon, Pekalongan, dan lainnya," paparnya. Sedangkan untuk model baju, ada tim kreatif sendiri yang bertugas menampilkan model baju yang berkesan modern meski menggunakan kain batik.(*)

Sumber : http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/22477-yang-muda-mulai-melirik-batik-sarimbit-banyak-dicari.html

Selasa, 04 Oktober 2011

Pelestarian Batik Menjadi Tanggung Jawab Bersama

Batik Muyas - TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA, Rombongan Ibu Negara, Ani Yudhoyono dan Ibu Wakil Presiden disertai beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Ibu-Ibu dari Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIP) II, Ibu-Ibu dari Ria Pembangunan, Istri Para Duta Besar Negara Sahabat, Yayasan dan Komunitas Pecinta dan Peduli Batik mengadakan kunjungan kerja ke Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (3/10/2011).

Dalam kunjungan kerja kali ini Ibu Negara selain meninjau Desa Pesindon, salah satu desa batik di Pekalongan, juga berkesempatan memberi apresiasi kepada 26 narasumber dan perajin sebagai kontributor dalam penyusunan buku "BATIKKU, Pengabdian Cinta Tak Berkata" karya Ibu Negara. Bertempat di Lapangan Jetayu, rombongan juga dapat melihat dari dekat proses pembuatan batik sekaligus berdialog langsung dengan perajin batik.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang ikut dalam rombongan menekankan pentingnya kunjungan ke Pekalongan ini untuk menunjukkan dukungan dan kecintaan Ibu Negara terhadap batik. Itu sebagai wujud apresiasi Ibu Negara terhadap batik yang merupakan warisan luhur kekayaan budaya Indonesia .

Mari Elka dalam rilis yang diterima Tribunnews.com, di Jakarta, Selasa (4/10/2011) menyatakan jika seluruh masyarakat Indonesia mencintai dan senang memakai produk batik, maka masa depan batik pasti akan cerah. "Sangatlah tepat peringatan Hari Batik Nasional 2011 dilaksanakan di Pekalongan. Karena memiliki potensi untuk mengembangkan batik yang didukung oleh para perajin handal, ketersediaan bahan baku dan distrubusi pemasaran serta adanya lembaga pendidikan formal yang mengajarkan pelajaran batik di kota Pekalongan ini," ujar Mari Elka.

Ia berharap kunjungan ini dijadikan momentum bagi pemangku kepentingan untuk terus mengembangan batik tidak hanya sebagai warisan budaya yang berkembang. Namun mereka harus mampu menjadi motor penggerak ekonomi serta sebagai alat diplomasi. Karena pada hakekatnya batik dapat menjembatani hubungan peradaban di antara bangsa-bangsa di dunia.

"Melestarikan dan mengembangkan batik adalah tanggung jawab kita bersama. Mencintai batik dapat berarti mencintai bangsa dan negara karena batik sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia dimana makna simbolis dan nilai tradisi bangsa terkandung di dalamnya. Batik juga semakin berpeluang besar sebagai salah satu ikon bagi nation branding Indonesia sekaligus memperkuat pasar dalam negeri," katanya.

Sumber : http://www.tribunnews.com/2011/10/04/pelestarian-batik-menjadi-tanggung-jawab-bersama

Miss Universe Kenakan Batik di Final Puteri Indonesia

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Miss Universe 2011 Leila Lopes asal Angola mengagumi motif dan bahan batik. Ia berencana mengenakan kain batik bermotif parang kencono pada final Puteri Indonesia 7 Oktober 2011. Leila akan menyematkan mahkota kepada Puteri Indonesia yang baru.

"Sebelum datang, saya hanya tahu Indonesia adalah negara di Asia dan batik," kata Leila Lopes saat berada di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Selasa 4 Oktober 2011.

Ia juga mengaku suka nasi goreng dan mi goreng sebagai makanan yang pernah ia makan saat berada di Indonesia. Ia datang ke Yogyakarta didampingi Nadine Alexandra, Puteri Indonesia 2010, dan Reza Kartikasari, Puteri Lingkungan 2010.

Setiba di Bandara Adi Sucipto ia langsung menikmati keindahan Candi Prambanan yang hanya berjarak enam kilometer dari bandara.

Leila merupakan perempuan keempat asal Afrika yang menjadi Miss Universe. Ia juga sangat senang karena saat ini tidak ada perbedaan asal dan warna kulit dalam ajang kontes kecantikan itu. "Saya senang sekali karena kalian sangat peduli dengan orang lain," kata dia.

Indonesia, menurut Mooryati Soedibyo, Ketua Yayasan Puteri Indonesia, merupakan negara pertama yang dikunjungi Miss Universe. Setelah itu ia akan mengunjungi tiga puluh negara yang menjadi tujuan kunjungannya.

"Dengan mendatangkan Miss Universe, nanti ia akan bicara banyak tentang Indonesia. Dari budaya, busana, pariwisata dan lain-lain," kata Mooryati.

Miss Universe merupakan sebuah kontes kecantikan yang awalnya merupakan cara dari salah satu perusahaan untuk mempromosikan produk pakaian renang pada 1952. Hingga sekarang ini terus berkembang dan diikuti para wanita cantik dari berbagai belahan dunia. Ajang ini merupakan ajang pertunjukan brain (kepintaran), beauty (kecantikan) dan behavior (tingkah laku). Pemenangnya akan diakui sebagai wanita tercantik sejagat.

Sheraton mengundang Miss Universe 2011 untuk mengunjungi Kota Yogyakarta. Leila Lopes, wanita cantik yang terpilih sebagai Miss Universe 2011, pun tiba di Yogyakarta pada 4 Oktober 2011 dan langsung menuju Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa sebagai sarana akomodasinya selama berada di Kota Gudeg ini.

MUH SYAIFULLAH

Open Panel

Informasi Produk

  • Bahan Batik Seragam
  • Model Seragam Batik Pria
  • Model Seragam Batik Wanita
  • Seragam Batik Eksklusif
  • Batik Klasik Yogyakarta
  • Batik Indonesia