Senin, 12 Desember 2011

Modal Nekat, Raup Untung dari Batik Lawasan

Batik Muyas - KOMPAS.com, Sebagai orang Bali, darah seni Dayu Jiwa nampaknya sudah mengalir sejak kecil. Namun sayangnya ia memutuskan untuk melanjutkan usaha keluarganya untuk mengurus restoran Hydepark Corner di Sanur. “Pada suatu ketika saya mulai tertarik dengan batik, karena ada teman saya dari Inggris yang menantang saya untuk kenal lebih jauh dengan batik,” tukas Dayu kepada Kompas Female, saat acara Katumbiri Expo di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (7/12/2011) lalu.

Dayu JiwaMerasa tertantang untuk mengenal batik asli, atas anjuran temannya Dayu lantas menuju ke desa Kerek di Jawa Timur pada tahun 2003. “Saya pergi sendirian, bermodal nekat untuk belajar membuat batik,” tukasnya. Nasib baik berpihak padanya, karena secara kebetulan ia bertemu dengan seorang pengrajin batik yang baik. Dalam waktu dua minggu, Dayu akhirnya menguasai teknik membatik dengan baik.

Sebagai orang Bali, Dayu pun berpikir untuk membuat kreasi batik tulis yang menonjolkan ciri khas Bali. “Sulit untuk membuat motif khas Bali, dan saya bingung karena semua motifnya sudah ada. Akhirnya saya pun memodifikasi motif yang sudah ada,” bebernya.

Dayu mengaku bahwa awalnya ia sempat mendapat pertentangan dari “guru-guru” batiknya karena motif batiknya dianggap menyalahi pakem yang ada. Dayu sendiri mengganggap bahwa aliran yang digunakannya adalah aliran surealisme, dimana ia memodifikasi motif naga yang sudah ada menjadi sedikit berbeda. Ia membuat motif naga itu tampil lebih panjang dan sedikit berbeda, atau memodifikasi motif semeru dengan model tambahan motif lainnya. “Tapi akhirnya mereka sudah mengerti dan bisa menerimanya karena itulah motif buatan saya,” tambahnya.

Kecintaan pada seni batik akhirnya membuat Dayu mengambil satu langkah besar untuk menjual restorannya tahun 2004 dan mulai mengolah batik. Suatu saat ketika sedang pulang ke kampung halaman sang suami di Belanda, hatinya pun langsung tertarik dengan sebuah desain baju poncho. “Dari situ mulai kepikiran untuk membuat baju poncho dari batik,” tukasnya.

Memberdayakan masyarakat sekitar
Setelah mendapatkan model yang diinginkan, Dayu lantas terpikir untuk mulai memberdayakan ibu rumah tangga di sekitar rumahnya untuk membantunya menjahit. “Saya ajak mereka untuk berwirausaha kecil-kecilan dengan menjahit model baju poncho yang saya inginkan,” bebernya. Untuk mendapatkan hasil baju poncho batik yang diinginkan, Dayu pun harus rela untuk membongkar baju-baju contoh agar polanya sesuai dengan aslinya.

Bahan-bahan baju batik yang dibuat seringkali menyisakan potongan-potongan kain, atau yang disebutnya limbah batik. Atas inspirasi dari suaminya, Dayu pun memanfaatkan limbah batik ini untuk memodifikasi poncho buatannya. Ia menggunakan teknik bolak-balik di bagian dalam dan luar bajunya.

Untuk menghasilkan kreasi yang benar-benar beda, Dayu lebih suka membuat baju batik dengan menggunakan kain lawasan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan warna yang unik. Hanya saja, ia kerap terkendala menemukan batik lawasan yang benar-benar sesuai keinginannya. Akhirnya ia pun mencoba “melawaskan” sendiri kain tersebut dengan berbagai cara. “Awalnya pakai bahan kimia, tapi akhirnya saya menemukan cara lain dengan mencucinya menggunakan campuran daun mangga dan deterjen,” ujar perempuan yang sering mencari inspirasi dari majalah-majalah mode ini.

Dayu mengaku butuh waktu yang cukup lama untuk membuat sebuah baju batik lawasan bergaya bolak-balik ini. Selain butuh waktu untuk memberi efek lawas, ia pun butuh waktu lama untuk mengombinasikan warna-warnanya, serta berkreasi dengan berbagai model dan warna maupun teknik penjahitannya. “Makanya dari semua baju saya, tidak ada dua jenis baju yang sama, satu baju hanya punya satu ukuran dan satu jenis,” bebernya.

Modal nekat
Dayu bisa dibilang hanya bermodal nekat. Baju poncho kreasinya pun awalnya hanya dijual kepada teman-teman atau saudaranya. Namun minat yang semakin luas mendorong Dayu untuk memasarkannya lebih luas. “Dengan modal 20 juta rupiah dari suami, saya nekat jualan di pameran Adiwastra tahun 2008 di Jakarta dengan nama Batik Ijen Lawasan,” kenangnya.

Tak disangka, batik buatannya ini ternyata laku keras di pameran tersebut, dan terjual 300 potong. Hal ini semakin menambah kepercayaan dirinya untuk terus memasarkan batiknya. Berbekal keunikan batik, model baju, serta teknik penjahitan yang rapi, beberapa kali ia sempat bekerjasama dengan desainer Anne Avantie untuk mendesain busana dengan batik lawasan.

Meski tak memiliki toko sendiri untuk menjual baju-bajunya, Dayu mendapatkan tawaran untuk menjual produk Batik Ijen Lawasan di Alun-Alun Grand Indonesia, Debenhams, serta pameran-pameran besar lainnya di Jakarta. Kini untuk setiap pameran, ia bisa menjual sekitar 500-600 potong baju, dan keuntungan yang diraupnya dari beberapa department store yang menjual produknya bisa berkisar antara Rp 20 juta per bulan.

Sampai saat ini meski sudah terbilang sukses membesarkan label Batik Ijen Lawasan, Dayu masih tetap menghadapi kendala, di antaranya adalah masalah pekerja. “Pekerja saya adalah ibu rumah tangga, sehingga tidak bisa bekerja full-time. Selain itu mental bekerjanya pun masih kurang, dan kurang percaya diri bahwa mereka mampu untuk membuat sesuatu yang bagus,” tambahnya.

Untuk semakin menyemangati dirinya dalam berbisnis, Dayu selalu berpedoman pada keyakinannya untuk berani berekspresi, berani mencoba, dan melangkah. “Dan jangan lupa untuk tetap berani bermimpi untuk sukses,” pungkas Dayu.

Kamis, 01 Desember 2011

Batik Nusantara Kebanggaan Bangsa

Batik Muyas - Selamat hari batik, Indonesia! Sudah satu tahun berlalu sejak UNESCO mengukuhkan batik tulis Indonesia sebagai salah satu dari budaya tak benda warisan manusia (Intangible Cultural Heritage of Humanity). Sudah bertambahkah kecintaan kita akan batik Indonesia? Sudah bertambahkah pengetahuan kita mengenai batik Indonesia? :D

Postingan kami kali ini akan membahas mengenai beragam corak batik dari Sabang sampai Merauke. Semoga bisa menjadi tambahan pengetahuan teman-teman semua!

Sumatera


Batik Aceh

Motif batik Aceh rata-rata menampilkan unsur alam dan budaya dalam paduan warna-warna berani seperti merah, hijau, kuning, merah muda, dan sebagainya. Warna-warna berani pada batik Aceh inilah yang menjadi ciri khas batik Aceh.

Motif-motif pada batik Aceh umumnya melambangkan falsafah hidup masyarakatnya. Motif Pintu Aceh misalnya, menunjukkan ukuran tinggi pintu yang rendah. Kenyataannya, rumah adat Aceh memang berpintu rendah, namun di dalamnya memiliki ruangan yang lapang. Motif tolak angin menjadi perlambang banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat. Motif tersebut mengandung arti bahwa masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan.

Selain motif-motif tersebut juga terdapat beragam motif dan corak khas Aceh yang indah dari batik Aceh, antara lain Pintu Aceh, Bungong Jeumpa, Awan Meucanek, Pucok Reubong, dan lain-lain.

Batik Jambi

Berbeda dengan batik Jawa yang menggunakan potongan-potongan kain panjang, batik Jambi biasanya datang dalam bentuk jubah longgar, sarung, atau sebagai selendang/syal. Warna khas yang biasa dijumpai pada batik Jambi adalah merah, biru, hitam, dan kuning. Motifnya pada umumnya diambil dari alam, seperti tumbuhan, hewan, dan aktivitas sehari-hari warga Jambi. Motif batik Jambi yang terkenal antara lain adalah motif kapal sanggat, burung kuau, durian pecah, merak ngeram, dan tampok manggis.

Berikut ini adalah motif-motif Batik Jambi yang beraneka ragam. Kamu suka yang mana?



Batik Bengkulu

Motif batik khas Bengkulu, konon, merupakan sebuah adopsi campuran dari motif kaligrafi Jambi dengan Cirebon. Adopsi itu membentuk sebuah desain batik khas Bengkulu. Batik khas Bengkulu secara umum terdiri dari dua jenis. Pertama adalah batik Besurek dengan motif khasnya berupa tulisan kaligrafi. Dan kedua adalah batik Pei Ka Ga Nga atau disebut juga dengan batik Ka Ga Nga yang memiliki motif berupa tulisan asli masyarakat Rejang Lebong. Beberapa motif dasar dari batik Besurek antara lain: motif kaligrafi (diambil dari huruf-huruf kaligrafi. Untuk batik Besurek modern, biasanya kaligrafinya tidak bermakna); motif bunga rafflesia; motif burung kuau (bergambar burung yang terbuat dari rangkaian huruf-huruf kaligrafi); motif relung paku; dan motif rembulan.

Berikut ini beberapa motif batik Besurek:


Batik Riau

Di Riau, konon ada batik Selerang yang sempat begitu terkenal pada tahun 1990-an namun sayangnya kabarnya saat ini sudah menghilang. Selain itu, ada pula yang namanya batik Tabir. Batik Tabir yang dibuat berdasarkan sistem tulis dan tolek ini warna-warnanya terang dan cerah, seperti merah, kuning, hijau. Corak dan motifnya antara lain adalah bunga bintang, sosou, cempaka, dan kenduduk.

Ini adalah beberapa motif dari batik Tabir Riau:


Batik Padang

Di Padang, batiknya yang terkenal bernama batik tanah liek/tanah liat. Dinamakan demikian karena dalam proses pewarnaannya, batik ini dicelupkan ke dalam tanah liat. Namun, seiring dengan permintaan pasar, batik tanah liek ini tidak hanya berwarna cokelat saja. Batik ini pada akhirnya juga diwarnai menggunakan sumber-sumber pewarna alam lainnya. Sebut saja seperti kulit jengkol, kulit rambutan, gambir, kulit mahoni, dan lain-lain. Bahannya pun ada yang terbuat dari katun ataupun sutera. Motifnya juga bermacam-macam antara lain tumbuhan merambat atau akar berdaun, keluk daun pakis, pucuk rebung, dan lain-lain.

Ini dia beberapa motif dari batik Tanah Liek:


Batik Lampung

Mungkin lebih banyak orang mengenal Lampung dari kain tenun tapis-nya. Tapi jangan salah, Lampung juga memiliki batik dengan corak tersendiri. Batik ini lahir melalui proses panjang yang dilakukan oleh Andriand Damiri Sangadjie, seorang budayawan, bersama kawan-kawannya. Motif batik Lampung yang paling terkenal dan sering menjadi rebutan kolektor asing adalah motif perahu dan “pohon kehidupan”.

Ini adalah beberapa contoh motif dari batik Lampung:


Jawa


Batik Jawa Barat

Mungkin hanya sedikit yang tahu bahwa daerah Jawa Barat memiliki motif batik yang sungguh kaya. Ketua Yayasan Batik Jawa Barat baru-baru ini mengatakan bahwa Jawa Barat memiliki 200 motif batik yang model dan coraknya sesuai dengan daerah asalnya. Masing-masing daerah tersebut memiliki motif unik tersendiri, seperti di Bogor terdapat motif kota hujan, bunga bangkai, dan kujang kijang yang menggambarkan Bogor sebagai kota hujan. Dikatakan pula bahwa daerah Cirebon memiliki corak batik yang paling banyak.

Berikut ini adalah beberapa motif batik dari daerah Jawa Barat:

Batik Indramayu
Untuk lebih lengkapnya mengenai 143 motif batik Indramayu beserta sejarahnya dapat melihatnya di: http://www.batikpaoman.com/motif.htm

Batik Bogor

Batik Cirebon


Batik Garut


Batik Jawa Tengah

Ini adalah beberapa motif batik dari daerah Jawa Tengah:
Batik Semarang
Diproduksi para pengrajin di Kampung Batik, Kelurahan Bubakan, Kecamatan Mijen, Semarang, batik Semarang juga menawarkan beragam motif yang khas dibanding motif-motif batik dari daerah Jawa Tengah lainnya. Pada umumnya batik Semarang berwarna dasar oranye kemerahan karena mendapat pengaruh dari China dan Eropa. Selain itu, motif dasar batik Semarang banyak dipengaruhi budaya China yang pada umumnya banyak menampilkan motif fauna yang lebih menonjol daripada flora. Misalnya merak, kupu-kupu, jago, cendrawasih, burung phoenix, dan sebagainya. Adapun motif Semarang yang menonjolkan ikon kota Semarang seperti Tugu Muda, Lawang Sewu, Burung Kuntul, Wisma Perdamaian, dan Gereja Blenduk.
Beberapa motif dari batik Semarang:

Sumber: http://www.batiksemarang16.net/
Batik Solo
Kota Solo memang merupakan salah satu tempat wisata belanja kain batik terkenal di Indonesia. Di sini banyak sekali terdapat sentra kain batik, yang tersohor antara lain kawasan Kampung Batik Laweyan dan kawasan Kampung Wisata Batik Kauman. Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya yang terkenal antara lain “Sidomukti” dan “Sidoluruh”. Batik Solo memiliki warna dominan cokelat soga kekuningan.
Beberapa motif dari batik Solo:

Motif Sidomukti – Agar selalu mukti, berkecukupan, motif ini biasanya digunakan saat upacara Panggih Pengantin
Batik Yogyakarta
Di Yogyakarta khususnya, warna batik tradisional adalah biru-hitam, serta soga cokelat dan putih dari pewarna alam. Biru-hitam diambil dari daun tanaman indigofera yang disebut juga nila atau tom yang difermentasi. Sementara warna soga atau cokelat diambil dari campuran kulit pohon tinggi warna merah, kulit pohon jambal warna merah cokelat, dan kayu tegeran warna kuning. Karakter motif batik Yogya adalah tegas, formal, sedikit kaku, dan patuh pada pakem. Konon, karakter ini berhubungan dengan keraton Yogya yang anti-kolonial.
Beberapa motif dari batik Yogyakarta:

Batik Pekalongan
Perjumpaan masyarakat Pekalongan, Jawa Tengah, dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang pada masa lalu telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik di sini. Beberapa jenis motif batik pengaruh berbagai negara itu kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu adalah batik Jlamprang diilhami India dan Arab, batik Encim dan Klangenan dipengaruhi peranakan Cina, batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai yang tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang. Warna cerah dan motif beragam membuat batik Pekalongan maju pesat. Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta, batik Pekalongan terlihat lebih dinamis lantaran permainan motif yang lebih bebas. Media kainnya pun bermacam-macam. Tidak hanya katun dan kaos, sutera juga menjadi andalan batik Pekalongan saat bersaing di luar negeri. Motif Jlamprang, Sekarjagat, atau motif khas lainnya, menjadi berkelas ketika dituangkan dalam bahan baku sutera.
Beberapa motif batik Pekalongan:

Motif Jlamprang


Referensi:
http://www.yousaytoo.com/tentang-keunikan-motif-batik-jambi/225226
http://www.jambiexplorer.com/content/thefabriques.htm
http://batikindonesia.info/2003/11/23/warna-warna-berani-batik-aceh/
http://seraimanis.com/products/1/0/Batik-Tabir-Sutra/
http://www.melvacraft.com/gallery11.html
http://www.lampungprov.go.id/?link=dtl&id=1343
http://putra-lampung.blogspot.com/2008/07/batik-lampung-bukan-sembagi.html
http://www.facebook.com/group.php?gid=55789753828
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/seni-budaya/10/03/29/108683-ada-lebih-dari-200-motif-batik-di-jawa-barat
http://www.batiktradisiku.com/
http://batikmahkota-crb.com/
http://embassyofindonesia.it/
http://www.batikindramayu.com/
http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/05/04/29/106238/
http://www.batiksemarang16.net/
http://solobatik.athost.net/
http://berita.liputan6.com/liputanpilihan/200910/246143/Batik.Khazanah.Budaya.Nusantara

Jumat, 28 Oktober 2011

Peluang Usaha: Romi tetap bertahan walau dihantam krisis (2)

Kecintaan pada budaya lokal membuat Romi Oktabirawa, pemilik Wirokuto Batik, jatuh hati pada dunia batik. Dengan sentuhan kreativitasnya, ia memproduksi produk batik pekalongan yang kini sudah terkenal hingga mancanegara. Lihat saja, Romi rutin ekspor batik ke Jepang dengan omzet ratusan juta rupiah per bulan.

Bermula dari decak kagum melihat kekayaan budaya nasional membuat Romi Oktabirawa tertarik untuk terjun ke usaha yang berkaitan dengan seni membatik. Berkat kekaguman itu pula, Romi mampu jadi eksportir batik.

Niat menceburkan diri dalam dunia batik itu terkabul setelah ia menyelesaikan studi ilmu syariah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dengan modal Rp 6 juta, pada 1996, Romi mendirikan bengkel batik bersama tiga pembatik Pekalongan. Bengkel batik itu berdiri di tempat kelahirannya di Desa Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

Ia memberi nama bengkel itu Wirokuto, yang dalam bahasa Indonesia berarti wiro itu karya, dan kuto itu kota. Dengan begitu kata Wirokuto berarti batik bikinan orang kota.

Pemberian nama sesuai dengan target pasar Romi, yakni para penyuka batik yang tinggal di kota-kota besar. Itulah sebabnya, Romi berusaha membuat batik dengan desain berbeda dari karya pembatik pada umumnya.

Romi mengaku, salah satu kesuksesan dia berbisnis batik karena berani membuat terobosan desain yang berbeda itu. "Semangat to be different dalam berkreasi batik menjadi semangat saya," kata pria yang sudah biasa mendapat penghargaan itu.

Pertama kali memproduksi, Romi hanya menggarap pasar Pekalongan saja. Tapi pada tahun 2000-an, Romi berhasil menembus pasar Jakarta. "Saat itulah saya bertemu Menteri Perdagangan dan mengajak saya memperkenalkan batik pekalongan," terang Romi.

Ajakan dari Menteri Perdagangan itu membuat Romi menjadi sering keliling berbagai daerah guna memperkenalkan batik pekalongan. Dia juga sering menjadi pembicara seminar yang berkaitan dengan batik. "Jadinya, saya biasa bolak-balik Jakarta, Solo, dan Yogyakarta," katanya

Karena populer, Romi dipercaya Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan sebagai ketua penyelenggara Festival Batik Pekalongan pada 2005. Dalam festival itulah Romi membuat terobosan baru. Ia bersama perajin batik dari Pekalongan berhasil memecahkan rekor dunia membatik terpanjang sejagat yang tercatat dalam The Guiness World of Record.

Rekor itu pecah karena kurang dari sehari, ia bersama pembatik membatik kain sepanjang 1.147 meter. "Event itu dicatat dunia," kata pria kelahiran Pekalongan, 30 Oktober 1973 itu.

Sejak itu nama Romi semakin melambung, tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Undangan untuk memperkenalkan batik di luar negeri antre di meja kerjanya. Dari batik itu pula dia mendapat penghargaan berupa Seal of Excellence for Handicraft dari Unesco Asia Pasifik pada 2006 dan 2007.

Tak hanya itu, tahun 2006 juga Romi membawa pulang penghargaan dari Asosiasi Promosi dan Pengembangan Kerajinan ASEAN (AHPADA). Di dalam negeri Romi menyabet penghargaan Kreasi Cipta Kriya Nusantara dari Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) pada 2006 juga.

Kepopuleran Romi itu merembet ke bisnis batiknya. Pertemuannya dengan banyak orang membuat dia akrab dengan pembeli batik dari dalam dan luar negeri. Dari sekian banyak pembeli, yang paling berkesan baginya adalah pembeli batik dari Jepang.

Peminat batik dari negeri Sakura itu mengajaknya belajar proses pewarnaan kimono di Jepang. Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, Romi berangkat ke Jepang dan belajar membubuhkan warna, motif, dan pola pada kimono.

Selesai belajar, Romi kembali ke Pekalongan dan menerapkan keahliannya itu, yakni membatik pada kimono yang kemudian diekspor ke Jepang. Hingga kini Romi rutin ekspor 300 potong kimono batik per bulan. "Saya memang fokus ekspor ke Jepang karena di sana permintaan tinggi," kata Romi.

Selain melayani pasar Jepang, Romi juga melayani pesanan batik di dalam negeri. Dalam sebulan Romi memproduksi 4.000 potong batik cap, dan 200 potong batik tulis. Jika harga sepotong batik dihargai Rp 100.000 saja, Romi tentu bisa mendulang omzet ratusan juta rupiah sebulan.

(Bersambung)

Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1319790297/81284/Romi-tetap-bertahan-walau-dihantam-krisis-2-

Jumat, 21 Oktober 2011

Dian Kyriss, Kolektor 2.000 Kain Batik

SURABAYA, KOMPAS.com - Penasaran dengan harga kain batik yang mahal, membuat Dian Kyriss, belajar arti dan makna dari kain batik itu. Selanjutnya, ketika tahu batik ternyata memiliki makna dan filosofi tinggi, Dian menjatuhkan pilihan untuk mengoleksinya dengan kekhususan kain batik tua.

Ketika ditemui di rumahnya yang asri di kawasan Graha Family Surabaya, Dian Kyriss sedang asyik menata tumpukan kain-kain batik di sebuah ruangan khusus. "Sebenarnya tiap hari sudah tertata rapi. Tapi sesekali waktu saya bongkar untuk saya angin-anginkan agar tidak lembab," jelas istri dari ekspatriat John Kyriss asal Jerman itu.

Di ruangan khusus itu, Dian menempatkan sekitar 2.000 potong kain batik dari berbagai daerah. Ada yang ditumpuk rapi di lima lemari kayu dan kaca berukuran besar dengan model kuno, ada pula yang digulung dalam gulungan khusus untuk batik. Beberapa bahkan ada yang dipajang layaknya jemuran kain.

Padahal di ruangan itu, tertutup dan berpendingin ruangan. Bersama dengan koleksi guci-guci kuno dan berbagai jenis souvenir khas dari berbagai daerah yang juga tampak kuno, membuat batik-batik itu seperti berada di museum atau galeri khusus barang kuno.

Memang, batik-batik yang dikoleksi ibu dua anak itu adalah batik-batik kuno. "Saya sengaja memilih batik yang kuno-kuno karena memiliki nilai sejarah lebih. Dibandingkan dengan batik yang sekarang," jelas Dian.

Jenisnya bermacam-macam. Mulai dari batik Sidoarjo, Jogja, Solo, Pekalongan, Tasikmalaya, Lasem, Kalimantan, hingga Sumatera, Dian memilikinya. Sedangkan untuk yang tua-nya, Dian mengaku memilih batik yang dimiliki warga-warga di sekitaran kampung batik di daerah-daerah itu. Yang paling tua, Dian menunjukkan kain batik berwarna hijau yang dijereng di sudut ruangan berukuran 2 meter x 1 meter.

"Ini paling tua. Usianya sekitar 150 tahun, saya dapatkan di kampung Jetis Sidoarjo. Milik keluarga pembuat batik jaman dulu, yang menemukan batik itu di tumpukan barang mbah buyutnya," jelas Dian.

Tanpa bersedia menyebut nama, Dian mengisahkan, pemilik batik itu adalah pembuat pabrik jaman dulu di Jetis. Kemudian tutup dan hingga tahun 2007 lalu, saat cucu dan cucu buyutnya akan kembali membuka usaha batik, kain itu ditemukan. "Saat saya bertemu mereka, dan mereka menceritakan riwayat kain batik itu, saya beranikan untuk beli. Harganya lumayan tinggi, tapi saya puas," ungkap Dian tanpa menyebut angka.

Sejak saat itulah, Dian mulai jatuh cinta untuk mengoleksi batik tua. Selain dari Jetis, Sidoarjo, Dian juga berhasil mendapatkan kain batik Jogja dari seorang nenek di Ponorogo, tempat asalnya. Batik Jogja itu diberikan seorang nenek, tetangganya begitu saja, dengan syarat, batik itu harus dijaga dan tidak digunakan untuk hal-hal yang mengandung mistis.

Kain batik motif parang dengan warna cokelat susu itu, disebut si nenek adalah warisan dari orangtuanya yang diberikan saat dia menikah. "Jadi berapa usia pastinya belum tahu. Nenek ini meninggal tahun 2009 lalu, di usia 89 tahun. Tentunya kalau dia menikah usia 20 tahun, kain ini sudah berusia lebih dari 50 tahun," ungkap Dian.

Selain dua batik itu, kain batik koleksi Dian rata-rata batik buatan tahun 1950-an hingga tahun 1970-an. Untuk mendapatkannya, Dian rela berkeliling masuk ke kampung-kampung. Biasanya dia datang ke kampung pembuat batik. Kemudian mencari home industry yang sudah lama. Atau bertanya siapa orang-orang tua di daerah kampung itu yang suka menyimpan batik.

"Kadang ada pula kain batik kuno yang saya dapatkan bekas. Saya tetap mau ambil, ada kain batik bekas dipakai sholat oleh pemiliknya yang sudah meninggal. Bekas itu terlihat dari adanya bagian kain yang sobek atau sudah lusuh," cerita Dian.

Sedangkan untuk batik Sumatera, Dian mengaku mendapatkannya di Palembang. Batik itu tampil denga motif gajah, yang biasa ada di Lampung. Tapi ternyata pembuatnya adalah orang Jawa yang bertransmigrasi di daerah perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan di tahun 1970an. Di daerah transmigrasi itu, mereka juga membatik dengan menggunakan motif khas daerah mereka tinggal, yaitu gajah.

"Jadi siapa bilang, batik hanya ada di Jawa, daerah lain juga ada. Saya juga menemukan batik di Bali dan Kalimantan Selatan, meski belum menemukan yang usianya lebih dari 20 tahun," lanjut Dian.

Dengan koleksinya itu, Dian berencana untuk akan terus merawatnya hingga batas waktu yang tidak terbatas. Meski banyak yang menawar untuk membei, Dian mengaku tidak akan melepasnya. "Ada yang menawar puluhan juta per potong. Saya tolak. Karena apa yang saya simpan ini, saya sebut sebagai kegiatan penyelamatan untuk batik tua," tandas Dian.

Sumber dan Foto : http://regional.kompas.com/read/2011/10/19/09314961/Dian.Kyriss.Kolektor.2.000.Kain.Batik

Baju Pengantin Warisan & Kain Batik Desain Ulang

Wednesday, 19 October 2011
Desainer asal Yogyakarta, Afif Syakur, dipilih membuat replika batik tulis semen raja pada pernikahan putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, dengan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudanegara.

Pernikahan putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, GRAj Nurastuti Wijareni yang sekarang bergelar GKR Bendara dengan Achmad Ubaidillah yang mendapat gelar KPH Yudanegara disebut-sebut sebagai pernikahan paling akbar di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.Pada prosesi pernikahan yang digelar pada 16-19 Oktober ini disiapkan 9 kereta kencana untuk upacara arak-arakan atau lazim juga disebut kirab pengantin.

Tradisi kirab pengantin ini merupakan tradisi pernikahan zaman Sultan Hamengku Buwono VII (1877 - 1920).Ketika itu kedua pengantin akan diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Kepatihan (Kompleks Kantor Gubernur) menggunakan kereta Kanjeng Kyai Jong Wiyat.Inilah prosesi yang menjadi simbol perkenalan kedua pengantin kepada masyarakat Yogyakarta. Prosesi kirab pengantin ini sebelumnya tidak dilakukan oleh ketiga putri Sultan sebelumnya.Karena itu, momen ini terbilang langka dan menjadi wujud pelestarian budaya Yogyakarta.Tak hanya itu, momen tersebut diharapkan menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

Aura pernikahan zaman Sultan Hamengku Buwono (HB) VII juga terpancar dari busana pengantin yang dikenakan keduanya.Kedua mempelai menggunakan busana ala kerajaan Sultan HB VII dipadu dengan bawahan kain batik motif semen raja.Batik ini sudah turun-temurun dikenakan dalam upacara pernikahan di lingkungan keraton sejak masa pemerintahan Sultan HBVII. Batik asli motif ini tersimpan rapi di salah satu tempat di keraton.Adapun batik yang dipakai kedua mempelai merupakan hasil desain ulang pembatik sekaligus desainer Afif Syakur.Batik tersebut digunakan pada saat berdandan basahanatau paes ageng.

"Motif batik ini merupakan motif batik klasik khas Yogyakarta yang memiliki makna doa agar si pemakai memiliki keharmonisan dalam hidup dan kebaikan budi pekerti hingga akhir hayat,"ujar Afif di sela-sela acara fitting busana pengantin di Keraton Kilen,Yogyakarta. Menurut Afif,untuk bisa mendesain ulang motif batik sama persis dengan aslinya, membutuhkan waktu kurang lebih 9 bulan.Hal itu karena Afif harus benar-benar mengikuti pakem yang berlaku pada motif batik itu.

"Jujur saja ini adalah tantangan bagi saya karena di balik setiap motif batik itu,pasti ada maknanya.Apalagi ini batik tradisi kerajaan yang harus benar-benar diperhatikan segala detailnya,"kata Afif. Motif batik semen rajayang ditulis dalam kain sepanjang 2,5 x 4,5 meter ini sarat corak flora dan fauna yang menggambarkan makna seseorang yang mulia dan memiliki budi pekerti luhur serta prinsip hidup seseorang yang lahir dari tunas.Motif ini juga bercerita tentang fase kehidupan manusia dari lahir hingga meninggal.

Desainer yang pernah menjadi Ketua Jogja Fashion Week 2011 ini membuat kain batik motif semen raja sebanyak 4 helai.Dua dikenakan oleh sepasang mempelai dan dua lainnya digunakan untuk kain cadangan.Batik tersebut berwarna biru dipadu dengan serbuk emas prada yang ditempelkan di batik. Adapun riasan dipercayakan kepada Tienuk Riefki yang membawa 18 perias yang siap mendandani seluruh keluarga serta panitia pernikahan.Tienuk tidak hanya bertanggung jawab pada riasan,juga perhiasan yang dikenakan kedua mempelai.

"Kedua mempelai akan mengenakan perhiasan warisan turun-temurun kerajaan sejak masa pemerintahan Sultan HB VII.Bisa dikatakan, ini adalah perhiasan keramat Keraton Yogyakarta," ucap Tienuk saat mempersiapkan segala perlengkapan rias pengantin di Keraton Kilen, Yogyakarta,Jumat (14/10). Pada prosesi upacara adat panggih,kirab,dan resepsi, pengantin wanita mengenakan perhiasan keraton yang disebut rojo keputren,mulai cundhuk menthul,pethat gunungan, penthung,subang royok, sangsangan sungsum,gelang kono,hingga slepe.Sementara, pengantin pria menggunakan pethat menthul,sumping ron mangkoro,dan karset.

Selama menjalani ritual adat menjelang hingga hari H pernikahan,kedua mempelai dirias dengan berbagai macam model,antara lain rias pengantin khas Yogyakarta paes ageng (saat upacara panggih),paes ageng jangan menirdipadu kebaya merah marun (saat kirab),dan paes ageng jangan menirdipadu kebaya warna hitam blenggen burdiran(saat resepsi). Sementara,pengantin pria menggunakan busana sikepan burdiranwarna hitam.

Prosesi adat pernikahan keraton terdiri atas upacara siraman,midodareni,plangkahan, ngabekten, ijab kabul, resepsi,hingga berbagai upacara adat lainnya.

Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/436796/

Napoleon Bonaparte Pakai Batik?

Batik Muyas - (KOMPAS.com) Pasti Anda sudah sering ke Ancol Taman Impian yang terletak di utara Jakarta. Namun, pernahkan Anda mampir dan melihat karya-karya seni di Pasar Seni Ancol?

Nah, saat Ancol Art Festival, beragam karya seni bisa Anda lihat. Anda dapat menyaksikan berbagai seni, termasuk seni dalam mengungkapkan ide-ide kreatif pada obyek kanvas ataupun kayu.

Apa yang Anda suka? Melihat lukisan-lukisan indah dengan gambar-gambar unik atau ukiran-ukiran pada kayu yang dibentuk gemulai? De-Jabo, misalnya, pelukis ini telah menggeluti profesinya sejak 1985. Karya seni lukisnya terinspirasi dari legenda-legenda yang sudah ada, tetapi ia buat berbeda.

Salah satunya, lihat saja lukisan tentang Napoleon Bonaparte, pahlawan revolusi Perancis. Ia menambahkan ornamen batik dan wayang pada prajurit perang dengan sangat pas tanpa mengurangi nilai sejarahnya.

"Cara seniman Indonesia bersaing dengan seniman asing adalah dengan memasukkan ornamen-ornamen khas indonesia, misalnya tokoh wayang, batik, dan sebagainya. Serta sesorang harus total dengan karyanya, dan buatlah mood Anda sendiri dalam bekerja karena orang sukses tahu kapan ia bekerja, kapan ia berhenti," ungkapnya ketika ditanya bagaimana strategi bersaing dalam industri seni dan budaya.

Hingga kini pembeli karya seninya pun telah mencapai mancanegara, seperti Jepang dan Perancis. Nilainya pun antara Rp 75 juta dan Rp 150 juta rupiah. Pembuatannya pun tak terbilang cepat dan mudah. Pembuatan satu lukisan rata-rata 3 hingga 6 bulan.

Begitu pula dengan seni pahat pada obyek kayu yang dilakukan oleh Pak Nato asal Belora, Jawa Tengah. Karya seni pahatnya ini telah dipasarkan di seluruh Indonesia, India, hingga Eropa, seperti Inggris dan Perancis.

Ternyata obyek kayu pohon bahan karya seninya telah terbentuk secara alami. Ia tinggal merancang ide untuk menambahkan pahatan agar lebih menarik.

"Ide pahatan selanjutnya datang dari Pak Nato sendiri, sedangkan pemahatnya adalah pekerja seni di galeri Pak Nato. Kisaran harganya mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 200 juta. Karya seni pahat seharga Rp 200 juta itu disebabkan bentuk obyek kayunya telah terbentuk sempurna dari alam, 20 persen kreasi pahatan manusia, makanya lebih mahal," kata Christin, karyawan galeri Pak Nato. Dari karya seniman-seniman di atas Anda dapat menyadari bahwa sebuah karya seni memiliki nilai tersendiri bagi penikmatnya. Untuk menghasilkan sebuah karya seni, bukanlah hal yang mudah dan instan. Diperlukan ketekunan dan kreativitas untuk membentuk karya seni menjadi barang berharga.

Ancol Art Festival ini akan berlangsung dari tanggal 14 hingga 23 Oktober 2011 di Pasar Seni Ancol. Tahun ini, Ancol Art Festival menampilkan tema "Yogyakarta". Anda dapat menemukan kuliner dan seni Yogyakarta selama acara Ancol Art Festival berlangsung.

Sumber : http://travel.kompas.com/read/2011/10/21/18041867/Napoleon.Bonaparte.Pakai.Batik

Kamis, 06 Oktober 2011

Kenalkan Tren Kerudung Indonesia Lewat Scarf Batik

Batik Muyas - Bandung, Sebagai salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, potensi Indonesia menjadi kiblat fesyen muslimah sangat terbuka. Salah satu fesyen desainer di Bandung Irna Mutiara melirik celah tersebut. Kerudung dipilih menjadi tren di kalangan muslimah di dunia.

"Bisa dibilang kita negara yang muslimahnya termasuk banyak. Tapi kok belum punya kerudung yang khas, sementara di Indonesia banyak banget yang pakai kerudung," tutur Irna kepada detikbandung.

Irna kemudian memutar otak untuk mewujudkan keinginannya membuat kerudung khas Indonesia. Hasilnya ia memutuskan untuk membuat kerudung motif batik. Tentu saja, karena batik sudah menjadi warisan budaya dunia dan sangat mewakili Indonesia.

Keanekaragaman jenis batik yang ada di Indonesia cukup menginspirasi Irna. Dari sekian banyak motif, yang dipilih Irna saat ini adalah motif batik Jabar, seperti batik khas Garut dan Tasikmalaya.

"Tapi tidak menutup kemungkinan nanti ada corak batik dari NTB, atau motif khas daerah lainnya. Saya melihat potensi apa saja yang bisa diaplikasikan pada kerudung buatan saya," terang Irna kepada detikbandung.

Gayung bersambut, mimpi Irna untuk membawa tren kerudung Indonesia ke luar negeri tercapai. Kerudung batiknya laris diminati para muslimah di berbagai negara, salah satunya Malaysia.

"Mudah untuk menawarkan ke luar (negeri). Tapi kalau di Indonesia sendiri kan tren harus mencoba memakainya. Kalau bagus orang-orang mau pakai," terang Irna.

Memakai merek Ina Scarf, Irna bertekad untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslimah.

"Ina itu artinya Indonesia. Jadi Ina Scarf itu kerudungnya Indonesia," jelasnya.

Bahan kerudung batik buatan Irna menggunakan katun viskos. Bahan tersebut memang cocok dibuat kerudung dan tidak membuat pemakainya kegerahan.

Kerudung batik ini cocok dipadukan dengan pakaian polos yang warnanya disesuaikan dengan motif batik.

(avi/bbn)

Sumber : http://bandung.detik.com/read/2011/10/06/090456/1737926/686/kenalkan-tren-kerudung-indonesia-lewat-scarf-batik

Cinta Batik Indonesia

PENYANYI mungil asal Australia, Lenka Kripac, menyempatkan diri menjumpai wartawan beberapa jam sebelum konsernya diselenggarakan kemarin (5/10
Bertempat di Velpa Kafe Gandaria City, perempuan 33 tahun itu menjawab berbagai pertanyaan. Malamnya, dia menggelar pertunjukan keduanya di Indonesia dalam balutan acara Lenka Live in Concert di Skeenoo Hall, Gandaria City, Jakarta Selatan. Lenka sudah cukup akrab dengan Indonesia. Dia pernah dua kali berlibur ke Bali. Saat makan, menu yang diminta adalah gado-gado. "Saya sudah tiba di Jakarta tadi malam (Selasa malam, Red). Ya, saya makan gado-gado. juga, soto ayam," katanya antusias. Saat Lenka berbicara, bola matanya terlihat berbinar, menujukkan semangatnya.

Penyanyi dan penulis lagu yang tenar dengan Trouble is a Friend itu terlihat imut. Rambut pendeknya berhias bando. Dia mengenakan mini dress batik. "Saya cinta batik. Sudah lama saya suka batik. Sejak SMA. Bahkan, dulu ada guru yang mengajari saya membatik," bebernya. Kemarin, sebelum menghadiri konferensi pers itu, Lenka pergi ke butik batik terlebih. Dia membeli beberapa potong baju dan satu di antaranya langsung dia kenakan. Perempuan yang menguasai alat musik piano dan trompet tersebut juga memiliki seragam batik pramugari maskapai Garuda Indonesia. "Saya beli seragamnya. Kan ada yang batik," lanjutnya.Lenka menjadi fenomena setelah album indie pertamanya, The Show, sukses di pasaran. Karena kesuksesan itu, dia telah melakukan tur keliling dunia serta tampil di beberapa festival besar. Dia juga pernah tampil secara langsung di Conan O"Brien, Late Night Show. Kini dia sudah meluncurkan album kedua, yaitu Two. Di album kedua itu, dia berkolaborasi dengan beberapa musisi seperti David Kosten dan Guy Sigsworth.

 "Album kedua saya ini musiknya lebih bervariasi. Lebih banyak musik elektroniknya. Lebih nge-beat. Asyik deh kalau buat dance," katanya.  Sebenyak 2.700 tiket konser yang dipromotori oleh MP Enter dan Untitled Entertainment habis terjual. Kapasitas Skeeno Hall memang tidak begitu besar. Ketika tiket konsernya terjual habis, Lenka girang. "Oh, really. Yay. Thank you," katanya sambil mengangkat dua tangannya.  Selain menyanyikan lagu dari album terbaru, Lenka akan membawakan lagu-lagi di album pertama. "Nanti dengarkan saja. Saya akan menyanyikan 16 lagu," imbuhnya. Perempuan yang juga jago akting tersebut tidak tampil sendiri. Dia perform dengan empat pemain musik. (jan/ayi)

Sumber : http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=98457

Yang Muda Mulai Melirik, Batik Sarimbit Banyak Dicari

TIDAK ada yang mengelak, jika saat ini, hampir semua orang mengenakan batik. Tua, muda, hingga anak-anak, banyak ditemui yang mengenakan pakaian batik. Banyak yang belanja kain dan pakaian batik.
Masyarakat berbondong-bondong membeli batik tak hanya untuk dikenakan di kantor, atau acara-acara formal, tapi ada yang dipakai untuk sekadar santai di rumah.  Petang, tak menyurutkan semangat untuk melihat-lihat baju-baju batik yang terpajang di sebuah toko batik di kawasan Malioboro, Batik Surya. Ada bermacam-macam motif yang ditawarkan, dengan beraneka warna dan model yang menarik.

Ya, saat ini batik tak hanya didominasi oleh warna cokelat dan hitam. Namun juga menampilkan warna cerah yang berani, seperti merah, ungu, hijau, bahkan kuning keemasan. Dilihat dari modelnya, sangat beragam, mulai dari kemeja, dress cantik, hingga batik sarimbit (pasangan).

"Kalau bicara perkembangan batik, saat ini berkembangnya sangat pesat. Apalagi saat ada kabar bahwa batik diklaim oleh negara tetangga, warga Indonesia seolah baru menyadari bahwa batik merupakan warisan adi luhung bangsa in," kata Suryadi Suryadinata, pengusaha penjual batik di kawasan Malioboro.

Terlebih lagi setelah diakui sebagai warisan budaya dunia, menurut pengamatan Suryadi Suryadinata, semua orang tak segan mengenakan batik. "Bahkan saat ini anak muda banyak yang berbatik, meski juga dipadukan dengan jeans. Toh kesan casual juga lebih terlihat," tandasnya saat ditemui, kemarin (5/10).

Dirasakan oleh Suryadi, penjualan batik tak lagi didominasi oleh orang tua. Tetapi sekarang, banyak anak muda yang mencari batik. Dengan begitu, industri batik semakin menggeliat. Dibarengi dengan trend warna batik memunculkan warna yang cerah, semakin menambah minat anak muda mengenakan batik. "Model baju batik juga lebih modern dengan mengikuti trend fashion pada umumnya," ujarnya.

Tentang jenis batik yang banyak dicari, menurut Suryadi Suryadinata, adalah batik sarimbit (pasangan). Tak hanya untuk pasangan suami istri, tetapi masyarakat juga menginginkan adanya keseragaman mulai dari ayah, ibu, dan anaknya. Dengan demikian, maka harus ada motif dan warna yang bisa masuk untuk semua usia. Dan disinilah peran kreativitas diperlukan.

"Tidak gampang membujuk anak muda mengenakan batik, apalagi dulu warnanya hanya cokelat dan hitam saja. Tetapi sekarang, corak, model dan warnanya lebih beragam, karena adanya inovasi baik dari pembatik maupun pengguna batik itu sendiri," bebernya.

Momen ini lah yang harus ditangkap dan dipertahankan. "Saya rasa, moment inilah yang mesti dipertahankan, jangan sampai minat mengenakan batik luntur, "tutur Suryadi yang juga menjabat sebagai Ketua Pengusaha Malioboro Jogjakarta ini.
Suryadi beranggapan bahwa naiknya minat masyarakat terhadap batik, juga mesti dibarengi dengan inovasi dan kreasi. Tak hanya pada modelnya, tapi juga corak atau motif, namun tetap tidak meninggalkan pakem yang sudah ada. Karena, jika tak begitu, dikhawatirkan batik ditinggalkan begitu saja.

"Saat ini hingga kedepan, saya optimistis bahwa prospek batik di Jogja sangat bagus, apalagi saat ini masyarakat nusantara dan mancanegara sudah mengenal Jogja sebagai kota batik. Jadi saat berada di Jogja, belum mantab rasanya jika belum membeli batik. Terpenting adalah kreasi dan inovasi agar batik tetap eksis kedepannya," papar lelaki berkacamata ini.
Suryadi, mulai menekuni bisnis penjualan kain dan baju batik sejak lima tahun yang lalu. Awalnya, Suryadi menjual produk fashion umum. Namun, kemudian mulai melirik usaha batik karena dirinya memang menyukai batik. Dalam keseharian, dirinya tak segan mengenakan batik, meski hanya untuk bersantai di rumah.

Bagi Suryadi Suryadinata, batik memiliki keunikan, apalagi jika mengingat proses pembuatan batik yang cukup lama. Butuh ketelatenan untuk menghasilkan selembar kain batik, dan itulah yang menggugahnya untuk ikut serta memasarkan batik melalui usahanya.

"Saya memang suka pakai batik, seperti sekarang ini misalnya. Dari situ, saya berpikir kenapa tidak menjual produk batik saja," ungkapnya.
Akhirnya dia mengubah konsep lebih spesifik, dan fokus pada penjualan batik saja. "Untuk kain batiknya, saya tak hanya ambil dari Jogja, tapi juga batik Cirebon, Pekalongan, dan lainnya," paparnya. Sedangkan untuk model baju, ada tim kreatif sendiri yang bertugas menampilkan model baju yang berkesan modern meski menggunakan kain batik.(*)

Sumber : http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/22477-yang-muda-mulai-melirik-batik-sarimbit-banyak-dicari.html

Selasa, 04 Oktober 2011

Pelestarian Batik Menjadi Tanggung Jawab Bersama

Batik Muyas - TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA, Rombongan Ibu Negara, Ani Yudhoyono dan Ibu Wakil Presiden disertai beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Ibu-Ibu dari Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIP) II, Ibu-Ibu dari Ria Pembangunan, Istri Para Duta Besar Negara Sahabat, Yayasan dan Komunitas Pecinta dan Peduli Batik mengadakan kunjungan kerja ke Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (3/10/2011).

Dalam kunjungan kerja kali ini Ibu Negara selain meninjau Desa Pesindon, salah satu desa batik di Pekalongan, juga berkesempatan memberi apresiasi kepada 26 narasumber dan perajin sebagai kontributor dalam penyusunan buku "BATIKKU, Pengabdian Cinta Tak Berkata" karya Ibu Negara. Bertempat di Lapangan Jetayu, rombongan juga dapat melihat dari dekat proses pembuatan batik sekaligus berdialog langsung dengan perajin batik.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang ikut dalam rombongan menekankan pentingnya kunjungan ke Pekalongan ini untuk menunjukkan dukungan dan kecintaan Ibu Negara terhadap batik. Itu sebagai wujud apresiasi Ibu Negara terhadap batik yang merupakan warisan luhur kekayaan budaya Indonesia .

Mari Elka dalam rilis yang diterima Tribunnews.com, di Jakarta, Selasa (4/10/2011) menyatakan jika seluruh masyarakat Indonesia mencintai dan senang memakai produk batik, maka masa depan batik pasti akan cerah. "Sangatlah tepat peringatan Hari Batik Nasional 2011 dilaksanakan di Pekalongan. Karena memiliki potensi untuk mengembangkan batik yang didukung oleh para perajin handal, ketersediaan bahan baku dan distrubusi pemasaran serta adanya lembaga pendidikan formal yang mengajarkan pelajaran batik di kota Pekalongan ini," ujar Mari Elka.

Ia berharap kunjungan ini dijadikan momentum bagi pemangku kepentingan untuk terus mengembangan batik tidak hanya sebagai warisan budaya yang berkembang. Namun mereka harus mampu menjadi motor penggerak ekonomi serta sebagai alat diplomasi. Karena pada hakekatnya batik dapat menjembatani hubungan peradaban di antara bangsa-bangsa di dunia.

"Melestarikan dan mengembangkan batik adalah tanggung jawab kita bersama. Mencintai batik dapat berarti mencintai bangsa dan negara karena batik sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia dimana makna simbolis dan nilai tradisi bangsa terkandung di dalamnya. Batik juga semakin berpeluang besar sebagai salah satu ikon bagi nation branding Indonesia sekaligus memperkuat pasar dalam negeri," katanya.

Sumber : http://www.tribunnews.com/2011/10/04/pelestarian-batik-menjadi-tanggung-jawab-bersama

Miss Universe Kenakan Batik di Final Puteri Indonesia

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Miss Universe 2011 Leila Lopes asal Angola mengagumi motif dan bahan batik. Ia berencana mengenakan kain batik bermotif parang kencono pada final Puteri Indonesia 7 Oktober 2011. Leila akan menyematkan mahkota kepada Puteri Indonesia yang baru.

"Sebelum datang, saya hanya tahu Indonesia adalah negara di Asia dan batik," kata Leila Lopes saat berada di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Selasa 4 Oktober 2011.

Ia juga mengaku suka nasi goreng dan mi goreng sebagai makanan yang pernah ia makan saat berada di Indonesia. Ia datang ke Yogyakarta didampingi Nadine Alexandra, Puteri Indonesia 2010, dan Reza Kartikasari, Puteri Lingkungan 2010.

Setiba di Bandara Adi Sucipto ia langsung menikmati keindahan Candi Prambanan yang hanya berjarak enam kilometer dari bandara.

Leila merupakan perempuan keempat asal Afrika yang menjadi Miss Universe. Ia juga sangat senang karena saat ini tidak ada perbedaan asal dan warna kulit dalam ajang kontes kecantikan itu. "Saya senang sekali karena kalian sangat peduli dengan orang lain," kata dia.

Indonesia, menurut Mooryati Soedibyo, Ketua Yayasan Puteri Indonesia, merupakan negara pertama yang dikunjungi Miss Universe. Setelah itu ia akan mengunjungi tiga puluh negara yang menjadi tujuan kunjungannya.

"Dengan mendatangkan Miss Universe, nanti ia akan bicara banyak tentang Indonesia. Dari budaya, busana, pariwisata dan lain-lain," kata Mooryati.

Miss Universe merupakan sebuah kontes kecantikan yang awalnya merupakan cara dari salah satu perusahaan untuk mempromosikan produk pakaian renang pada 1952. Hingga sekarang ini terus berkembang dan diikuti para wanita cantik dari berbagai belahan dunia. Ajang ini merupakan ajang pertunjukan brain (kepintaran), beauty (kecantikan) dan behavior (tingkah laku). Pemenangnya akan diakui sebagai wanita tercantik sejagat.

Sheraton mengundang Miss Universe 2011 untuk mengunjungi Kota Yogyakarta. Leila Lopes, wanita cantik yang terpilih sebagai Miss Universe 2011, pun tiba di Yogyakarta pada 4 Oktober 2011 dan langsung menuju Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa sebagai sarana akomodasinya selama berada di Kota Gudeg ini.

MUH SYAIFULLAH

Kamis, 29 September 2011

Batik Indonesia Lebih Unggul dari Batik Impor

Jakarta - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, produk batik tulis buatan dalam negeri lebih unggul dibanding batik impor asal Cina dan Malaysia, yang masuk ke Tanah Air beberapa tahun terakhir ini.

"Batik Indonesia lebih unggul karena merupakan batik tulis, sedangkan batik impor lebih banyak batik printing (cap, Red.). Jadi tidak perlu takut dengan serbuan batik impor," kata Menbudpar di Jakarta, Kamis (29/9).

Jero mengatakan pihak Kementerian Kebudayaan dan Pariwasata akan terus melakukan promosi batik ke dunia internasional, sehingga kelak Indonesia akan dikenal sebagai rumah batik.

Menurut Wacik, hanya dengan promosi yang gencar maka batik lokal akan lebih dikenal dibanding batik impor.

"Kita masih ingat betapa susahnya mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya pada 2 Oktober 2009. Karena pada saat itu ada juga negara lain yang ingin mengakui batik sebagai tempat asalnya. Oleh karena itu, sekarang setelah diakui, kita harus terus menjaga dan melestarikannya," jelas menteri.

Ia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat baik tua maupun muda untuk selalu mengenakan dan mencintai batik dalam negeri. "Jika sudah mencintai batik maka akan semakin banyak perajin batik, tentunya tujuan pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat akan terwujud," jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengakui masuknya batik impor membuat daya saing industri nasional terganggu. Untuk itu, pemerintah mendaftarkan logo Batik-mark yang merupakan pembeda batik buatan Indonesia dengan negara lain.

Nilai produksi industri batik pada 2010 menembus angka Rp732,67 miliar atau naik 13 persen dari periode sebelumnya sebesar Rp648,94 miliar.

Batik asal China dan Malaysia sejak beberapa tahun terakhir mendominasi penjualan di sejumlah pasar di Jakarta karena harganya jauh lebih murah dibanding produk dalam negeri. [TMA, Ant]

Sumber : http://www.gatra.com/terpopuler/46-ekonomi/2992-batik-indonesia-lebih-unggul-dari-batik-impor

Senin, 12 September 2011

American Batik Design Competition

Indonesia's first president, Soekarno introduced his concept that the artistic and cultural merit of batik should be a mark of national identity and simultaneously expressed the message of Indonesian unity: batik in the future would no longer be known as coming from a specific batik-producing area but would reflect Indonesian unity in its elements, both design and colors.

As the first step in turning this concept into a reality, Soekarno brought together traditional court batik designs and the coastal batik process. This was followed up with the development of designs drawn from woven ornamentation on textiles throughout Indonesia, for example Bali, the Dayak people, and Papua. Thus, there came into being a batik style that he dubbed "batik Indonesia", which to this day still serves as inspiration for batik artists and entrepreneurs in creating their works.

Firstly developed by batik artists as K.P.T. Hardjonagoro and Ibu Bintang Soedibjo, Batik Indonesia blended classical batik designs and ethnic dress ornamentation from Indonesia's various regions with the north coast batik color system then inspired the genesis of innumerable creations that greatly extended the horizon of batik in the archipelago.

The most popular Batik Indonesia are terang bulan of Ibu Bintang Soedibjo (Ibu Soed) and sekar kenanga of K.P.T. Hardjonagoro. The organization of the terang bulan batik design is unique: the center of the cloth is a wide monocolored field that may be randomly scattered with small ornaments drawn from the pinggiran design, while the edges of the cloth are decorated with a traditional design or a floral arrangement, both enhanced with and also without isen tanahan.

Today, batik Indonesia is widely developed as a modern-fashion material, for both daily and high-fashion dress, made of diverse raw materials and decorated with designs deriving from court batik as well as other types of batik and regional ornamentation. This type of batik is the result of the involvement of such batik maestros as Iwan Tirta of Jakarta, Ardiyanto Pranata of Yogyakarta, and Batik Danar Hadi of Surakarta.

Source : http://americanbatik.embassyofindonesia.org/gallery/indonesian_batik/index.htm

Jumat, 22 April 2011

Pewarna Alam Bikin Warna Batik Jadi Unik

Batik Muyas - KOMPAS.com - Proses pewarnaan kain batik umumnya dilakukan dengan menggunakan pewarna kimia. Namun kini semakin populer pula proses pewarnaan yang menggunakan bahan baku dari alam. Dengan menggunakan pewarna alam ini, proses pembuatan batik tentunya menjadi lebih ramah lingkungan.

Untuk memperkenalkan proses pewarnaan alam ini, Komunitas Klasik Indonesia mengadakan workshop "Ikat Celup dengan Pewarna Alam" di Museum Tekstil Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam workshop yang merupakan salah satu rangkaian program bertema "Dari Wanita untuk Karya dan Alam Indonesia" ini dijelaskan pula berbagai kelebihan dari zat pewarna alam.

Bahan pewarna alami umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti kayu, kulit kayu, akar, kulit akar, biji, kulit biji, daun, maupun bunga. Proses pewarnaan dengan menggunakan zat warna alam memang lebih rumit jika dibandingkan dengan menggunakan zat pewarna sintetis. Sebab, prosesnya harus dilakukan berulang kali untuk mendapatkan warna seperti yang diinginkan. Namun warna-warna yang dihasilkan memang cenderung menjadi lembut serta bersifat unik dan eksklusif. Karakteristik dari tumbuhan dan faktor lingkungan lah yang mempengaruhinya.

Masalahnya, tak semua bahan tekstil bisa diwarnai dengan zat pewarna alam. Bahan yang bisa digunakan adalah yang berasal dari serat alam seperti sutera, wol, dan kapas (katun). Sedangkan bahan-bahan dari serat sintetis seperti polyester atau nilon tidak memiliki afinitas, atau daya tarik, terhadap zat warna alam sehingga bahan-bahan ini sulit diwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari sutera umumnya memiliki afinitas paling baik terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.

Benny Gratha, volunteer Museum Tekstil Indonesia, lalu membeberkan pula tahap-tahap pewarnaan alam tersebut:

1. Mordant
Agar warna dapat menempel dengan baik, kain yang akan diwarnai harus di-mordant terlebih dahulu. Proses mirdant dilakukan dengan merendam bahan ke dalam garam-garam logam seperti tawas. Zar-zat mordant ini berfungsi untuk membentuk jembatan kimia antara zat warna alam dengan serat sehingga afinitas (daya tarik) zat warna meningkat terhadap serat, dan berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik. Sebelum dilakukan proses mordant, kain terlebih dahulu dicuci dan direndam dalam air sabun selama 12 jam, kemudian dibilas dan dikeringkan.

2. Ekstraksi dan pewarnaan
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen-pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan, baik yang terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji, maupun akar. Proses pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses ektraksi, dilakukan dengan cara merebus bahan dengan air.

3. Fiksasi
Fiksasi merupakan proses untuk memperkuat warna agar tidak luntur. Fiksasi dapat dilakukan dengan beberapa bahan seperti tawas, kapus, atau tanjung. Masing-masing bahan mempunyai karakteristik yang berbeda terhadap warna.

Dalam workshop ini, pewarnaan alam dikombinasikan dengan teknik ikat yang menghasilkan motif serta gradasi warna yang memikat. Ingin tahu bagaimana cara membuat motif ikat celup (tie dye)

Sumber : KOMPAS.com

Kamis, 31 Maret 2011

12 Langkah Menciptakan Kain Batik

Batik Muyas - KOMPAS.com - Edward Hutabarat mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan proses pembuatan batik, bukan sekadar mengagumi keindahan batik secara fisik. Sebab, menurut desainer yang berkolaborasi dengan PT Kao Indonesia mengampanyekan "Cintaku Pada Batik Takkan Pernah Pudar" ini, ada kisah panjang di balik pembuatan batik yang perlu diketahui oleh masyarakat pengguna batik.
Hal sederhana yang mungkin belum Anda ketahui, misalnya, batik ternyata bukan hanya dikerjakan oleh perempuan pembatik yang duduk di dingklik (bangku pendek) sambil melukisi kain mori dengan lilin malam. Sehelai kain batik bisa dikerjakan oleh empat hingga lima orang. Dari pembuat pola di kertas, pembatik, hingga pemberi warna dan penglorod.
Bila diurut-urut, proses membatik adalah sebagai berikut:
  1. Nyungging, yaitu membuat pola atau motif batik pada kertas. Tidak semua orang bisa membuat motif batik, sehingga pola ini dibuat oleh spesialis pola.
  2. Njaplak, memindahkan pola dari kertas ke kain.
  3. Nglowong, melekatkan malam di kain dengan canting sesuai pola. Pada tahap ini, motif batik akan mulai tampak.
  4. Ngiseni, memberikan motif isen-isen (isian) atau variasi pada ornamen utama yang sudah dilengreng atau dilekatkan dengan malam menggunakan canting.
  5. Nyolet, mewarnai bagian-bagian tertentu dengan kuas. Misalnya, gambar bunga atau burung yang muncul di sana-sini.
  6. Mopok, menutup bagian yang dicolet dengan malam. Tahap ini diiringi dengan nembok, atau menutup bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai.
  7. Ngelir, melakukan proses pewarnaan kain secara menyeluruh.
  8. Nglorod, proses pertama meluruhkan malam dengan merendam kain di dalam air mendidih.
  9. Ngrentesi, memberikan cecek atau titik pada klowongan (garis-garis gambar pada ornamen utama). Untuk menghasilkan cecekan yang halus, digunakan canting dengan jarum yang tipis.
  10. Nyumri, menutup kembali bagian tertentu dengan malam.
  11. Nyoja, mencelupkan kain dengan warna coklat, atau sogan. Batik sogan adalah batik yang berwarna dasar coklat, seperti batik yogya atau batik solo.
  12. Nglorod, proses peluruhan malam kembali dengan cara merendam kain di dalam air mendidih.

Di kota-kota yang dikenal sebagai kota batik, seperti Pekalongan, orang tidak asing dengan kegiatan membatik karena biasanya sudah ada kesibukan membatik di rumahnya. "Karena itu, tidak ada lagi pelajaran atau pelatihan membatik di sini. Semua sudah mengetahui dasar-dasar membatik. Hanya saja, mereka harus diseleksi. Yang diterima tentu saja yang teknik membatiknya sudah cukup baik," ujar Nur Cahyo (45), pemilik Batik Cahyo, saat dijumpai di balai kerjanya di Desa Setono, Pekalongan, Desember lalu.

Setiap pembatik umumnya mempunyai canting sendiri. Menurut Liem Poo Hien, pengelola Batik Liem Ping Wie di kawasan Kedungwuni, bila pembatik menggunakan canting milik orang lain, hasilnya bisa berubah. "Canting itu kayak baju, yang dipakai orang lain. Kalau canting dipakai orang lain, bisa-bisa berantem," selorohnya.

Sumber : KOMPAS.com

Selasa, 15 Maret 2011

Batik Producer Preserves and Develops Unique Motifs


Green vegetation, simple houses and friendly residents will welcome you if you visit Sendang village located in Surabaya, Indonesia. And you may be greeted by a traditional dance as well. But this village is most famous for its Tulung Agung-style batik cloth.

A young batik artist named Sigit Suseno has created hundreds of motifs for batik, and he's famous for the exclusiveness of his design.

That means, one motif for one cloth, and there's no duplication unless it's meant for a mass-production order.

[Sigit Suseno, Batik Artist]:
"At first I only collected antique fabrics, and then I started to try to create my own batik motifs. After trying and trying, also with some research on ancient motifs and temple reliefs, finally I can create my own batik motifs."

Sigit mainly draws floral motifs, such as leaves and flowers. Dark colors like dark blue and dark brown are used as a base then the whole fabric is colored with either traditional or synthetic pigments.

Sigit says he wants to preserve this cultural activity for future generations.

[Sigit Suseno, Batik Artist]:
"Tulung Agung has been producing batik since the time of the Majapahit kingdom. But production has lapsed over time. Therefore, I began to educate children in making batik. In this way, a precious cultural heritage will not be lost."

The batik Sigit produces are currently exported to the United States, Austria, Australia, Thailand, Singapore, and Malaysia.

NTD News, Tulung Agung, Indonesia.

Sabtu, 05 Maret 2011

Bikin Batik Cap Pun Harus Pakai "Feeling"

Batik Muyas - KOMPAS.com - Industri batik sedang berkembang pesat saat ini. Untuk memenuhi permintaan para penggemar motif batik, pelaku industri memproduksi kain batik yang proses pembuatannya lebih instan. Pembatik tidak harus melukisnya dengan canting setitik demi setitik seperti pada batik tulis, melainkan dengan semacam cetakan yang sudah bermotif batik. Kain batik pun lebih cepat jadi, dan harganya juga jadi lebih terjangkau. Batik semacam ini disebut batik cap.
Tidak seperti batik tulis yang proses pelukisan malamnya umumnya dikerjakan oleh kaum wanita, batik cap justru lebih sering dilakukan kaum pria. "Soalnya laki-laki itu tidak telaten kalau harus membatik (tulis). Lagipula canting cap itu berat, jadi lebih cocok dikerjakan laki-laki," kata Nur Cahyo, pemilik Batik Cahyo, saat menerima kunjungan wartawan dan PT Kao Indonesia di workshop batik capnya di kawasan Sampang, Pekalongan, Desember lalu.
Selain proses pelukisan motif batik yang menggunakan cetakan, atau canting cap, proses selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama seperti saat membuat batik tulis. Misalnya dari proses pewarnaannya (bisa dengan pewarna alami atau pewarna kimia) yang harus berulang-ulang untuk mendapatkan warna yang diinginkan, atau dari proses nglorodnya.
Ketika kami berkunjung ke balai kerja Cahyo tersebut, aktivitas pencapan pada kain tengah berlangsung. Hanya tiga pekerja pria yang tampak sedang mengerjakan proses membatik ini. Ada dua tahap yang dilakukan untuk menghasilkan motif batik pada kain, yaitu membuat motif dasar dengan canting cap, dan menjaplak atau memindahkan motif bunga dari cetakan kertas ke kain. Motif bunga ini nanti hanya muncul di sana-sini.
Sepintas, canting cap itu bentuknya seperti setrika arang. Cahyo memiliki ratusan canting cap beraneka motif di balai kerjanya. Canting cap harus dipesan ke pengrajin dengan memberikan motif yang diinginkan. Sebuah canting cap harganya sekitar Rp 300.000 - Rp 500.000, tergantung motifnya.
Canting yang dibuat dari tembaga ini ukurannya juga berbeda-beda, tergantung besar kecilnya motif, dan apakah juga berisi isen-isen (bidang kosong yang harus diisi dengan guratan-guratan kecil). Canting yang rata-rata berukuran sekitar 15 x 25 cm ini lalu dicelup ke cairan malam, lalu dicapkan di atas kain, setapak demi setapak.
Meskipun kesannya lebih praktis dan cepat (satu hari bisa jadi 10 helai kain batik), membuat batik cap tetap membutuhkan ketelitian yang tinggi. Batik cap milik Cahyo, misalnya, tetap dikenal dengan kehalusannya. Kehalusan ini tampak dari presisi peletakan canting cap di sekujur bidang kain. Tidak ada garis sambungan yang meleset, semuanya pas.
"Tukang cap harus memastikan agar nyambungnya pas. Kalau tukang capnya tidak profesional, lilinnya bisa menempel di cantingnya," tukas Cahyo. Kalau sudah begitu, seperti ada garis-garis yang menebal atau menggumpal di kain. Repotnya, ketidaksempurnaan ini seringkali baru terlihat setelah proses pewarnaan.

Agar tidak terjadi hal semacam ini, tukang cap harus mampu membuat komposisi malam yang tepat. Itu bisa diperoleh dengan memerhatikan tingkat panas dan kekentalan malamnya. Pendek kata, batik cap pun membutuhkan satu feeling dalam pengerjaannya. Hanya dengan komitmen untuk mendapatkan yang terbaik lah, tercipta karya batik cap yang berkualitas.

Sumber : KOMPAS.com

Jumat, 04 Maret 2011

Jarik: Dari Lahir Sampai Mati

Batik Muyas - Ketika mengikuti aktifitas para relawan melalui twitter, banyak permintaan jarik dari beberapa posko. Dari berbagai daerah bencana di Indonesia, hanya wilayah bencana di Yogya dan Jawa Tengah yang memasukkan jarik dalam daftar kebutuhan pengungsi.

Jarik dalam kehidupan masyarakat Jawa, ada dari lahir sampai mati. Ketika bayi lahir, jarik dugunakan sebagai alas tidur dan gendongan. Memang sekarang banyak yang menggunakan kain bedong yang lebih kecil untuk alas tidur sehingga bisa sering berganti dan jika dicuci lebih cepat kering. Namun masih banyak yang tetap menggunakan jarik karena lebih adem di badan si bayi. Gendongan bayi juga sudah tersedia di pasaran dalam berbagai bentuk, ada yang untuk gendong miring, ada yang seperti ransel. Namun tak sedikit ibu-ibu yang nyaman menggunakan jarik sebagai gendongan karena bayi bisa meringkuk lebih nyaman dalam gendongan jarik. Selain itu walaupun sudah lama kita mengenal kimono, ibu-ibu yang barusaja melahirkan lebih menyukai memakai jarik supaya sikap tubuh terjaga dan mempercepat pemulihan. Di desa-desa, jarik juga digunakan sebagai basahan alias penutup tubuh perempuan dari dada kebawah ketika mandi di sungai.

Jarik adalah kain berukuran 2,5-1,1 meter atau 2,1-1,5 meter yang dibatik dengan berbagai motif seperti sidomukti, sidomulyo, sekar jagad, parang rusak, dan sebagainya. Tiap motif memiliki arti tersendiri disesuaikan dengan acara ketika jarik itu dikenakan dan status sosial penggunanya. Fungsi utama jarik adalah sebagai penutup tubuh bagian bawah. Makna jarik adalah aja gampang serik atau jangan mudah iri. Dengan memakai jarik, orang akan berhati-hati berjalan, tidak grusa grusu. Saat ini jarik digunakan sesuai dengan fungsi dan filosofinya hanya di acara mantenan Jawa dan acara keraton. Sedangkan jarik digunakan sesuai fungsinya saja masih banyak digunakan oleh simbah-simbah atau orang-orang tua tanpa memperhatikan makna motifnya. Jarik untuk simbah inilah yang banyak diminta oleh para relawan.

Jarik yang banyak dipakai simbah ini banyak dijual dipasar-pasar rakyat. Harganya murah, tidak sampai Rp 20.000. Saya pernah berbicara dengan seorang nenek di Yogya, yang katanya akan menggadaikan jariknya. Saya baru tahu jarik bisa digadaikan. Benarkah? Namun demikian tentu ada beberapa level harga jarik sesuai dengan kualitas kain dan proses pembuatannya. Jarik yang berupa batik tulis bisa dihargai Rp 400.000 per lembar.

Jarik juga digunakan untuk menutup hidup manusia. Jika orang Jawa meninggal, maka disiapkanlah jarik untuk menutup jenazah ketika dimandikan, menutup alas kasur jenazah setelah dimandikan dan menutup jenazah yang siap untuk dimakamkan.

Saya sendiri suka menggunakan jarik sebagai selimut karena adem dibadan. Jarik, hanya selembar kain batik, namun ada dari manusia Jawa lahir sampai mati.

http://burselfwoman.com/?p=1446

Selasa, 25 Januari 2011

Motif Nithik


Motif Nitik merupakan motif yang banyak dipengaruhi oleh budaya India di pesisir Jawa. Kain batik ini banyak diperdagangkan oleh para pedagang Cina dan India sendiri mulai abad ke-19 di kota-kota pantai Jawa dan Sumatra, khususnya Cirebon dan Lasem.

Open Panel

Informasi Produk

  • Bahan Batik Seragam
  • Model Seragam Batik Pria
  • Model Seragam Batik Wanita
  • Seragam Batik Eksklusif
  • Batik Klasik Yogyakarta
  • Batik Indonesia